Cerpen : Supandi
“Cintaku
bisu, bagai batu besar di dasar sungai nan dangkal.
Kau begitu dingin. Kau biarkan rasa ini merana,
menusuk relung hati yang paling
dalam. Kau biarkan aku
tenggelam dalam impian yang semakin tiada bertepi.
Kamu asyik dengan dirimu sendiri. Tak sekalipun tatapan
mataku kau balas dengan harapan. Mengapa jeritan cintaku tumbuh kembali disaat usiaku yang sudah tidak muda
lagi?
“Dorrr....” Rasmi mengagetiku dari
belakang. Aku menahan diri. Sebagai orang yang sudah berumur, aku mencoba untuk
bersikap biasa. Aku khawatir lamunanku akan terbaca oleh Rasmi. “Aneh...baru
saja mudik ketemu suami kok melamun? Kenti...Kenti. habis berantem ya?” Ledek
Rasmi.
“Ngga kok, Cuma masalah kecil”
sepertinya aku berkesempatan untuk mengalihkan perhatian Rasmi agar tidak
menjurus...