DAPATKAN BUKU "MENYIAPKAN KESUKSESAN ANAK ANDA" DI GRAMEDIA BOOKSTORE DI SELURUH INDONESIA

Senin, 22 Desember 2014

Berpikir Melingkar

Oleh : Supandi, S.Pd.,MM.

Di depan sebuah toko kelontong, ada seorang pelanggan yang baru saja membeli sebungkus rokok. Di saat bungkus rokok akan dibuka, dia berpapasan dengan salah seorang rekannya. Sambil berseloroh rekannya menunjukkan gambar peringatan tentang bahaya merokok. Apa reaksi yang diberikan oleh si pembeli rokok tadi? Dengan enteng dia menanggapi “Alaah...merokok atau tidak kita juga akan mati. Banyak tuh, orang yang tidak merokok tapi batuk, bahkan ada yang stroke.”
Tegur sapa diantara merekapun berakhir tanpa makna. Fenomena diatas menunjukkan bahwa ketika pikiran seseorang sudah diselimuti oleh pembenaran pribadi, maka akan sulit baginya untuk merubah jalan pikirannya. Dalam hal bahaya merokok, kesehatan menjadi resiko yang mudah untuk diabaikan.
Dalam dinamika kehidupan nyata sering muncul beberapa kejadian yang merangsang manusia untuk mengambil sikap. Di sisi lain kejadian-kejadian yang muncul itu mengandung beragam resiko; dari resiko yang ringan hingga yang paling berat.
Khusus yang terkait dengan peristiwa besar dengan resiko besar, hendaknya kita berpikir melingkar. Untuk lebih fokus, kita lihat sabda Rasulullah yang berbunyi ; “Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa yang ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. al-Bukhari). Dengan atau tanpa kita sadari, ternyata kebenaran dari isyarat beliau sudah tiba di jaman sekarang. Banyak orang yang mengejar harta demi untuk kepentingan pribadi. Parktek-praktek korupsi dan budaya suap sudah menjamur dimana-mana. Mereka bilang bahwa hal tersebut memang “sudah jamannya”. Mereka menyebutnya jaman edan. Benar, bahwa jaman edan memang sudah datang, karena memang sudah disabdakan oleh kanjeng Nabi.
Untuk menghadapi fase jaman edan kita harus mampu mengoptimalkan suara hati nurani yang sudah kita miliki secara kodrati, yakni suara hati yang menyuarakan kebenaran. Sedangkan untuk memenuhi panggilan hati nurani kita hendaknya menggunakan cara berpikir melingkar. Artinya, cara berpikir yang dilandasi oleh beberapa pertimbangan yang berwawasan jauh ke depan. Pertimbangan matang yang didasari oleh kesadaran akan adanya hubungan sebab akibat. Kalau saya mengambil sikap begini, maka akibatnya akan begini. Dengan cara berpikir melingkar, maka kita akan terhindar dari dalih pembenaran pribadi.
Banyak orang pintar tapi tidak cerdas. Ketika mereka memiliki kesempatan untuk mengambil keuntungan pribadi, mereka mengambil keputusan yang tidak proporsional. Tidak berpikir melingkar. Mereka hanya mempertimbangkan kebahagiaan dan kepuasan semu. Kecerdasan mereka kalah oleh pertimbangan jangka pendek.
Yang terpenting bagi anda dan saya adalah bagaimana kita mampu menjaga konsistensi cara berpikir dua arah, yakni pintar dan cerdas. Pintar, ketika kita mengetahui ilmunya. Cerdas, ketika kita mampu berpikir melingkar. Orang yang cerdas adalah orang yang mampu berpikir melingkar. Mereka tahu dan mampu menggunakan akal sehatnya secara tepat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Best Buy Printable Coupons