Oleh : Supandi, S.Pd.,MM.
Di depan sebuah toko
kelontong, ada seorang pelanggan yang baru saja membeli sebungkus rokok. Di
saat bungkus rokok akan dibuka, dia berpapasan dengan salah seorang rekannya.
Sambil berseloroh rekannya menunjukkan gambar peringatan tentang bahaya
merokok. Apa reaksi yang diberikan oleh si pembeli rokok tadi? Dengan enteng
dia menanggapi “Alaah...merokok atau tidak kita juga akan mati. Banyak tuh,
orang yang tidak merokok tapi batuk, bahkan ada yang stroke.”
Tegur sapa diantara
merekapun berakhir tanpa makna. Fenomena diatas menunjukkan bahwa ketika
pikiran seseorang sudah diselimuti oleh pembenaran pribadi, maka akan sulit
baginya untuk merubah jalan pikirannya. Dalam hal bahaya merokok, kesehatan
menjadi resiko yang mudah untuk diabaikan.
Dalam dinamika
kehidupan nyata sering muncul beberapa kejadian yang merangsang manusia untuk
mengambil sikap. Di sisi lain kejadian-kejadian yang muncul itu mengandung
beragam resiko; dari resiko yang ringan hingga yang paling berat.
Khusus yang terkait
dengan peristiwa besar dengan resiko besar, hendaknya kita berpikir melingkar.
Untuk lebih fokus, kita lihat sabda Rasulullah yang berbunyi ; “Akan
datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa yang
ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. al-Bukhari).
Dengan atau tanpa kita sadari, ternyata kebenaran dari isyarat beliau sudah
tiba di jaman sekarang. Banyak orang yang mengejar harta demi untuk kepentingan
pribadi. Parktek-praktek korupsi dan budaya suap sudah menjamur dimana-mana.
Mereka bilang bahwa hal tersebut memang “sudah jamannya”. Mereka menyebutnya
jaman edan. Benar, bahwa jaman edan memang sudah datang, karena memang sudah
disabdakan oleh kanjeng Nabi.
Untuk menghadapi fase jaman edan kita harus mampu mengoptimalkan
suara hati nurani yang sudah kita miliki secara kodrati, yakni suara hati yang
menyuarakan kebenaran. Sedangkan untuk memenuhi panggilan hati nurani kita
hendaknya menggunakan cara berpikir melingkar. Artinya, cara berpikir yang dilandasi
oleh beberapa pertimbangan yang berwawasan jauh ke depan. Pertimbangan matang
yang didasari oleh kesadaran akan adanya hubungan sebab akibat. Kalau saya mengambil sikap begini, maka
akibatnya akan begini. Dengan cara berpikir melingkar, maka kita akan
terhindar dari dalih pembenaran pribadi.
Banyak orang pintar tapi tidak cerdas. Ketika mereka memiliki
kesempatan untuk mengambil keuntungan pribadi, mereka mengambil keputusan yang
tidak proporsional. Tidak berpikir melingkar. Mereka hanya mempertimbangkan
kebahagiaan dan kepuasan semu. Kecerdasan mereka kalah oleh pertimbangan jangka
pendek.
Yang terpenting bagi anda dan saya adalah bagaimana kita mampu menjaga
konsistensi cara berpikir dua arah, yakni pintar dan cerdas. Pintar, ketika
kita mengetahui ilmunya. Cerdas, ketika kita mampu berpikir melingkar. Orang
yang cerdas adalah orang yang mampu berpikir melingkar. Mereka tahu dan mampu
menggunakan akal sehatnya secara tepat.
0 komentar:
Posting Komentar