DAPATKAN BUKU "MENYIAPKAN KESUKSESAN ANAK ANDA" DI GRAMEDIA BOOKSTORE DI SELURUH INDONESIA

Selasa, 01 November 2011

Mrs. Mukminah

By : Surngah Ari N
Class : VIIIF

Mrs.Muminah is teacher in SMP N 2 Binangun. She is my favorite teacher.
In the class 8, she teach pkn.
Mrs.Muminah is fat and beautiful. Her skin is dark brown. She always use the glasseye and use veil. Mrs.Muminah is neat and freandly. She is patient peolpe. Therefore, I like she.

My Favorite Teacher

By : Murtiyani

My name is murtiyani but only my friends call me ani.
I'm school in the SMP N 2 BINANGUN, in the school i am have a favourite teacher.She is Mrs.Ratna Dewi why ...? because she is smart teacher. She is tall,thin,and beutifull girl.
She is friendly, and very kind.She is teacher my favourite. I like very much.

Minggu, 30 Oktober 2011

MENCIPTAKAN ATMOSFIR SUKSES DI LINGKUP KEHIDUPAN PESERTA DIDIK


Oleh : SUPANDI, S.Pd.,MM.

Salah satu kendala yang sering diahapi oleh suatu organisasi atau institusi sekolah dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai adalah belum terciptanya kebiasaan “saling mendukung” diantara para pegawainya atau guru-guru. Demikian pula dalam lingkup siswa. Mereka masih terkungkung oleh kepentingan individu dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Sifat individual masih mendominasi pola pikir mereka.

Adanya job distribution (pembagian tugas) yang dipercayakan kepadanya, menjadi alasan pribadi untuk menjalankan tugas sesuai dengan lingkup beban tugas yang diberikan kepadanya. Ironisnya, masing-masing individu yang sudah merasa menjalankan tugas sesuai dengan beban yang disandangnya, mereka menganggap tidak lagi membutuhkan campur tangan dari rekan sekerjanya. Akibatnya kualitas pencapaiannya tidak maksimal.

Bagaimanapun juga kerja sama yang kompak diantara orang-orang yang terlibat dalam sebuah organisasi / institusi merupakan modal utama dalam mencapai tujuan. Manusia yang kapasitasnya sebagai human capital justru merupakan modal yang paling penting diantara modal yang lain. Manusia sebagai human capital harus memiliki perilaku yang manusiawi. Saling manghargai, saling mendukung, bekerja sama, toleransi, itulah sifat-sifat manusiawinya manusia.

Sifat-sifat diatas hendaknya mulai dipupuk, mengingat manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Realita di lapangan menunjukkan masih rendahnya budaya saling kerja sama dan toleransi.

Seorang guru yang berhasil menemukan metode pembelajaran baru dengan mengaplikasikan pendekatan mengajar yang lebih atraktif, kemudian metode tersebut ditulis dalam bentuk laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), kurang mendapat respon positif dari rekan guru yang lain. Sebuah karya kreatif dan inovatif semacam PTK pastinya merupakan karya yang luar biasa. Di dalamnya ada nilai plus tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan metode mengajar yang menarik. Guru sebaiknya penasaran, lantas ingin dan memburu pesan yang terkandung di dalam PTK tersebut.

Sikap acuh tak acuh sebaiknya segera dilempar jauh-jauh. Contoh lain yang juga mencerminkan sikap tertutup yaitu ketika ada seorang guru yang meraih prestasi tertentu. Respon positif yang sebaiknya diberikan oleh rekan-rekan guru adalah memberi apresiasi. Namun yang terjadi mereka tidak tertarik untuk memberikan apresiasi atau sekedar ucapan selamat. Kalaupun ada itu hanya sekedar simbolis tanpa keikhlasan.

Seorang siswa yang selalu berprestasi di kelasnya, hanya ditanggapi dingin oleh teman-temannya. Mereka terkesan tidak menganggap perlu untuk mengetahui lebih jauh bagaimana dia bisa berprestasi. Justru sebaliknya, mereka malah cenderung apatis, merasa terkalahkan, iri atau sifat-sifat sejenisnya.

Pemandangan seperti itu masih terlihat kental di lingkup kehidupan kita. Mereka tidak menganggap penting untuk mengetahui bagaimana achievement (prestasi) itu bisa diraih oleh temannya. Sifat individual masih mendominasi pikiran mereka. Mereka acuh tak acuh, apalagi jika mereka menganggap prestasi tersebut tidak mendatangkan keuntungan secara langsung kepada mereka.

Dengan atau tanpa disadari, sebenarnya sikap seperti itu justru bisa berdampak kurang baik bagi mereka. Mereka akan menjadi pribadi yang close-minded (pikirannya tertutup) baik terhadap prestasi orang lain, terhadap informasi yang masuk maupun terhadap bentuk-bentuk perubahan (change). Sebagai konsekuensinya, mereka akan mengalami kehidupan yang statis (tidak ada kemajuan). Potensi diri yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya akan tersumbat, karena pikiran yang tertutup. Bahkan mereka menganggap dirinya tidak memiliki potensi.

Setiap manusia adalah luar biasa. Mereka telah dikaruniai potensi yang luar biasa dahsyat oleh Sang Maha Pencipta. Tuhan menciptakan kita dalam sebaik-baik bentuk, dengan sebaik-baik kondisi dan dengan sebaik-baik sarana. Tuhan telah memberi aset kepada setiap manusia yang bisa dijadikan modal dalam meraih prestasi. Adapun aset yang telah Tuhan berikan kepada setiap manusia adalah aset fisik/metafisik, aset kecerdasan, dan aset hati.

Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Pikiran positif akan menghadirkan kekuatan positif dalam diri Anda. Pikiran positif akan mendorong Anda untuk bersikap dan bertindak secara positif. Keuntungan yang bisa Anda peroleh dari berpikir positif adalah Anda akan melakukan hal-hal positif, dan pada akhirnya Anda akan memperoleh hasil yang positif pula.

Guru sebagai garda paling depan dalam bidang pendidikan sudah saatnya membangun pola pikir yang lebih terbuka dalam rangka menciptakan kondisi saling mendukung, baik di lingkungan dewan guru maupun implementasinya di lingkup kehidupan peserta didik.

Membuka pola pikir yang lebih maju identik dengan keinginan untuk menuju ke arah yang lebih baik. Batu pertama yang diperlukan untuk membangun peningkatan pola pikir dapat dilakukan dengan cara melakukan change (perubahan).

Perubahan diperlukan untuk mencapai target yang sebelumnya belum pernah dicapai. Guru harus bisa menjadi agent of change (agen perubahan). Perlu diingat bahwa keengganan untuk melakukan perubahan, maka yang ada hanyalah kecenderungan menciptakan kondisi yang statis. Hidup ini selalu berkembang, sehingga harus ada keseimbangan antara perkembangan atau kemajuan jaman dengan change (perubahan). Jadikan perubahan sebagai kesempatan untuk memperoleh peningkatan.

Sebagai agent of change (agen perubahan), guru sebaiknya tidak ragu dan tidak takut untuk melakukan perubahan, karena itu adalah hukum kemajuan. Semua kemajuan selalu berkaitan erat dengan sikap tidak ingin sama dengan keadaan sebelumnya. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin (statis), maka dia akan merugi. Dan, barang siapa yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin, dia tergolong orang yang celaka.

Banyak orang yang selalu berada pada keadaan yang stagnan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan merasa aman dengan zona nyaman. Banyak orang yang telah merasa nyaman dengan kualitas kehidupannya yang sekarang, sehingga mereka merasa berat untuk berubah. Namun perlu diingat bahwa selalu berada di zona nyaman justru pada akhirnya akan menjadi tidak nyaman. Mengapa demikian? Karena Anda akan tertinggal oleh perubahan yang bergerak lebih cepat.

The agent of change yang disandang oleh guru sangat dibutuhkan, tentunya terkait dengan kepentingan peserta didik. Anak diharapkan hidup dalam pembiasaan kehidupan yang toleran, yakni saling menghargai sesama teman, bekerja sama, memberi apresiasi, saling mendukung, dan gemar melakukan sharing.

Pentingnya pembiasaan tersebut akan memunculkan atmosfir positif di lingkup kehidupannya. Mereka akan terbiasa dengan kebiasaan berkomunikasi. Siapa yang memiliki pengalaman yang mengesankan, atau prestasi tertentu, bisa ditularkan ke teman-temannya. Mereka tidak lagi egois. Kesuksesan yang diraih oleh seorang siswa akan berimbas pada siswa yang lain.

Seandainya sikap saling mendukung bisa berjalan lebih efektif di lingkungan Anda, saya yakin embrio kesuksesan yang diperoleh oleh teman-teman Anda akan merembet ke teman-teman yang lain. Mengapa demikian? Karena bagaimanapun juga kesuksesan yang diraih oleh seseorang selalu meninggalkan petunjuk. Bahwa orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan, pasti telah melakukan hal-hal spesifik dalam mencapai prestasi tersebut.

Proses menularnya embrio kesuksesan tentunya harus diawali dari ‘rasa penasaran dan rasa keingintahuan” Anda terhadap kesuksesan yang telah diraih oleh orang lain. Kesuksesan tidak akan menular kepada orang yang memiliki closed-minded (pikiran tertutup).

Pikiran yang tertutup harus segera dibuka dengan lebar. Biarkan sebagian orang di sekitar Anda lebih memilih menutup diri pikirannya. Biarkan mereka berbeda dengan Anda, karena Anda adalah pribadi yang unik. Anda lah yang paling tahu tentang diri Anda, tentang pikiran positif, tentang sikap positif dan tentang keputusan positif yang Anda ambil. Orang lain tidak berhak mengintervensi keputusan yang Anda ambil. Keputusan untuk membuka pikiran Anda semata-mata buah dari keputusan yang Anda ambil.

Pentingnya membuka pikiran yang berefek pada sikap “keingintahuan” Anda akan mendatangkan energi baru dalam diri Anda untuk menyamai prestasi yang telah diraih oleh rekan Anda, atau bahkan dalam level yang lebih tinggi.

Ki Hajar Dewantoro, seorang tokoh pendidikan, yang juga seorang pahlawan pendidikan nasional mengajarkan kepada kita bagaimana memberi dukungan, bersikap dan merespon kesuksesan yang telah diarih oleh orang-orang sukses. Beliau memberikan tips cerdas yang dikenal dengan “prinsip 3N”, yaitu Niteni (mengamati), Niroake (meniru), Nambahake (memberi nilai tambah).

Niteni (mengamati). Jika orang lain bisa melakukan suatu hal maka kita pun memiliki peluang yang sama besar untuk melakukan hal tersebut. Kalau suatu hal mungkin bagi orang lain, maka hal tersebut juga mungkin bagi kita.

Niroake (meniru). Selama kita memiliki hasrat yang membara untuk terus mengamati, merespon hasil karya orang lain, meniru dan memodifikasikan sesuatu yang telah diarih oleh orang lain, maka kita pun memiliki peluang yang sama untuk dapat melakukannya.

Nambahake (memberi nilai tambah). Langkah ini bisa kita ambil dengan cara menduplikasikan, lalu memodifikasikan model kesuksesan yang berhasil dilakukan oleh orang lain, dengan sasaran yang lebih sempurna.

Proses menularnya embrio kesuksesan dan terciptanya atmosfir kesuksesan baik di kalangan peserta didik maupun di kalangan para guru tidak lepas dari sikap toleran yang diimplementasikan dalam sikap hidup Anda.

Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Dalam pengertian yang lebih luas, toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.

Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.

Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia. Maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

Toleransi juga berarti kerjasama antar pemeluk agama untuk menciptakan suatu kodisi kehidupan bersama yang kondusif, aman, rukun, penuh kedamaian, dengan segala bentuk perbedaannnya. Dalam kontek sosial budaya kebiasaan saling bekerja sama dan saling mendukung mutlak diperlukan dalam rangka mencapai suatu impian.

***

Daftar Pustaka

Djalimin Judirman. 2010. The Secrets of Change For Success. Elex Media Komputindo : Jakarta

Elfiky, Dr. Ibrahim. 2010. Terapi Berpikir Positif. Zaman : Jakarta

Kandani Haryanto. 2010. The Achiever. Elex Media Komputindo : Jakarta

Munadi Imam.2010. New Born Super Muslim. Quanta : Jakarta.

Poniman Farid dkk. 2009. DNA SuksesMulia. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Poniman Farid dkk. 2009. Kubik Leadership. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Senin, 24 Oktober 2011

Mr .SUPANDI

By : Ryan zaed fadlillah
Class : VIII F

My
favourite teacher in my school is Mr.Supandi. Mr.Supandi is an English teacher,he is a very motivated person,he has been writing some novel,other than that he seldom get angry except if there is a stuborn student who can not be tolerate anymore.That is why i like him tte most.

My Favourite Teacher

By : Watinah
Class : VIII E

My name is Watinah.I have a very favourite teacher.Her name is Ratna Dewi She is a ice girl.She has an oval face and white.Her hair is straigh,long and black.She is slim.She has big and beautiful eyes.She is 161 cm tall.Her wights 41 kg.I like her very much because she is not only beautiful but also very kind.

My Bedroom

By : Wiwit Safitri
Class : 8D

I have a bedroom. That is the small room, clean and orderly. The wall are blue. The floor is white. Everyday my bed room clean and orderly.
There are some belonging in the bed room. That is cubboard, table, pillow, blanket, mattress, sheet. The are also the doll.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Mr. Supandi

By : Defi Ernawati
Class : VIII F

Mr. Supandi is teacher in Junior High School 2 Binangun. His born on August, 10th 1965.
Now he was 46 years old. he is Good Teacher. He was never angry with his student.

Mr. Supandi is English Teacher in my school. He also wrote a book entitled "Menyiapkan
Kesuksesan Anak Anda". Now you can get the book in stores or directly to the author.

Rabu, 19 Oktober 2011

MINDSET SEORANG PROFESOR


Pak Pandi saya kirimkan kometar ttg buku bpk ya :
Membaca buku “Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda” karangan Supandi, SPd, MM sungguh menarik dan menggugah para orang tua. Mendidik anak dan menyiapkan kesuksesan anak harus dimulai dari diri orang tua sendiri. Orang tua yang suka belajar akan ditiru anak-anaknya dan sebaliknya. Mendidik dan menyiapkan kesuksesan anak bukanlah seperti makan cabe yang ketika dimakan langsung terasa pedas. Mendidik dan menyiapkan kesuksesan anak merupakan proses yang panjang dan berkelanjutan yang semuanya ada dibahas dalam buku “Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda” karangan Supandi, SPd, MM. Oleh karena itu para orang tua yang ingin menghantarkan anak-anaknya ke gerbang kesuksesan, bahagia dan sejahtera wajib membaca buku ini.

Prof. Dr. ERIKA REVIDA SARAGIH, MS
Guru Besar FISIP USU Medan

Sabtu, 15 Oktober 2011

Mr. Narwin

By : Tri Anisah Listiani
Class : 8D

Mr. Narwin is my favorite teacher. He teach in SMP Negeri 2 Binangun. Mr. Narwin teach with good and resulute. He teach IPS (economics, geography and history) in class eigh.
Mr. Narwin live in sidaurip. Mr. Narwin become my favorite teacher because he teach with good, resulute but funny...

Kamis, 13 Oktober 2011

Bu Nasiyem

By : Parmini
Class : VIII F
Mrs. Nasiem is my class teacher Indonesian. I am very happy to be taught by him. He is a clever and patient teacher in teaching, so many students like him.
In addition to being a teacher Indonesian language, he also served in the library. He was friendly to everyone, including students who would like to borrow books at the library. She also often told his experiences to us. He never scolded us even though we were frequently annoyed him. he's really incredible teacher for me.

Rabu, 05 Oktober 2011

MASA DEPAN ANAK DALAM MINDSET ORANG TUA


Oleh : SUPANDI, S.Pd. MM

“Sikap hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh prinsip hidup yang dianutnya”

Masih melekat di dalam pikiran saya sebuah keyakinan yang begitu hebat yang pernah dilontarkan oleh ibu saya empat puluhan tahun yang lalu. Sebuah keyakinan yang mengobarkan energi positif terhadap diri beliau yang kemudian saya rekam dalam pikiran bawah sadar saya sebagai salah satu warisan yang sangat berharga sekaligus sebagai ilmu dari sekolah kehidupan. Salah satu nasehat yang mengandung makna dan keyakinan yng sangat dalam yang pernah beliau sampaikan kepada kami kurang lebihnya berbunyi demikian : “Pokoke kowe kabeh kudu pada sekolah. Senajan wong tuamu wong sing ora duwe, tapi Gusti Allah sugih. Aku yakin kowe kabeh bisa sekolah. Aku ora kepengin anak-anakku ngemben pada sengsara uripe”. (Pokoknya kamu semua harus tetap sekolah. Walaupun orang tuamu orang yang tidak punya, tetapi Allah SWT Maha Kaya sehingga saya yakin kalian semua bisa sekolah. Saya tidak ingin anak-anakku hidup sengsara).

Tentunya bentuk keyakinan diatas beliau lontarkan tidak didorong oleh sekedar komitmen tanpa dasar. Ada semacam emosi positif yang membakar tekad di dalam dirinya. Tekad yang terhimpun di dalam pikiran super (super mind) melalui sebuah proses perpaduan antara beberapa unsur kepentingan, seperti rasa kasih sayang kepada anak, rasa ingin membahagiakan anak, dan keinginan agar anak-anaknya hidup sukses. Unsur-unsur kepentingan tersebut kemudian bereaksi dengan nilai-nilai spiritual sehingga tersimpul dalam sebuah keyakinan.

Keyakinan merupakan keadaan pikiran yang bisa dirangsang atau diciptakan oleh perintah peneguhan secara terus menerus sampai meresap ke dalam pikiran bawah sadar. Keyakinan adalah sebuah keadaan pikiran yang bisa dikembangakan sesuai dengan kemauan kita, melalui cara pengulangan perintah kepada pikiran bawah sadar dengan segenap perasaan emosi positif, sehingga pikiran bawah sadar akan menerimanya dan digunakan sebagai landasan tindakan untuk menjadikannya sebuah kenyataan (Wuryanano : 2004).

Keyakinan akan memberikan kehidupan, kekuatan, dan tindakan kepada impuls pemikiran kita. Keyakinan akan memberikan kekuatan untuk mengubah getaran pemikiran biasa, dari pikiran manusia yang serba terbatas menjadi suatu padanan spiritual yang bersifat tanpa batas.

Pemikiran spiritual tanpa batas muncul ketika terjadi dominasi suara Tuhan yang melekat di hati seseorang. Adapun suara Tuhan dihasilkan dari hasil meditasi melalui pengamalan-pengamalan yang berkaitan dengan proses pendekatan diri kepadaNya. Proses yang mengarah kepada upaya pendekatan diri kepada Tuhan itulah yang akan membentuk keyakinan seseorang. Pada gilirannya keyakinan tersebut akan berjalan sinergis dengan prinsip hidup.

Contoh yang saya ilustrasikan tentang keyakinan dan prinsip hidup ibu saya diatas merupakan salah satu dari sekian banyak prinsip hidup dan keyakinan yang dimiliki oleh orang-orang pada umumnya termasuk mungkin diri Anda.

Ada satu sisi yang sangat penting Anda sikapi dalam memegang teguh prinsip hidup Anda yaitu visi hidup yang didasarkan atas prinsip-prinsip kebenaran. Dengan kecerdasan spiritual (spiritual Quotient) yang Anda miliki, Anda harus bisa menentukan prinsip hidup yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu fitrah kebenaran, fitrah yang didukung penuh oleh ridlo Tuhan yang bisa membawa diri dan keluarga menuju ke arah kebahagiaan hakiki, serta memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Prinsip hidup semacam ini harus menjadi pijakan dasar untuk menentukan kebijakan dalam menentukan sikap hidup.

Prinsip hidup yang bersumber dari sesuatu yang tidak fitrah umumnya akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriah maupun kegagalan batiniyah. Dunia telah membuktikan bahwa prinsip hidup yang bertentangan dengan suara hati, terbukti hanya mengakibatkan kesengsaraan atau bahkan kehancuran. Terlebih di jaman modern sekarang ini. The power of visi hidup, prinsip hidup, dan sikap hidup yang didasarkan pada nilai spiritual harus benar-benar dipegang teguh demi untuk mencapai tujuan hidup jangka panjang.

Mengarahkan masa depan anak merupakan salah satu bentuk pencapaian tujuan jangka panjang. Bagaimana bentuk masa depan anak di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh visi, prinsip, dan sikap hidup orang tuanya. Orang tua harus jeli dalam menyeting masa depan anak. Hindari cara-cara yang dewasa ini sering menjangkiti kehidupan manusia-manusia modern yaitu adanya kecenderungan manusia tertarik kepada hal-hal yang serba instant. Ingin memperoleh kekayaan dengan cepat, ingin meraih popularitas dengan cepat, meraih kekuasaan dengan mudah dan cepat, dan lain sebagainya.

Apabila konsep ini diperkenalkan dan dipertontonkan kepada anak dalam usahanya meraih masa depan, maka akan berakibat pada pembentukan pribadi yang rapuh. Mereka akan hidup tanpa digerakkan oleh visi hidup yang agung yang berorientasi pada nilai-nilai spiritual bagi kehidupan yang jauh ke depan. Mereka bagaikan akan mengarungi lautan luas tetapi tidak mengenal ke mana seharusnya perahu diarahkan. Mereka nantinya tidak memiliki daya atau powerless dalam bekerja dan tidak memiliki semangat juang yang tinggi dalam berusaha.

Fenomena diatas tentunya pada saatnya nanti akan menjadi sebuah realita yang tidak kita harapkan. Semua orang tua sudah barang tentu mendambakan anak-anaknya tumbuh menjadi manusia yang tangguh, sholeh/sholehah, memiliki prinsip-prinsip kebenaran yang kokoh, serta sukses dunia akherat. Jalan menuju masa depan atau cita-cita anak terbuka lebar. Walaupun kerapkali terhalang oleh tembok yang begitu kuat, namun dengan keyakinan dan langkah pasti tembok-tembok tersebut akan bisa kita lewati. (***)

Sumber: MASA DEPAN ANAK DALAM ‘MINDSET’ ORANG TUA | Agupena Jawa Tengah http://agupenajateng.net/2010/03/09/masa-depan-anak-dalam-%e2%80%98mindset%e2%80%99-orang-tua/#ixzz1Zv0iIIpN
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike

Rabu, 21 September 2011

PRINSIP 3N


Oleh : SUPANDI, S.Pd.,MM
Salah satu kendala atau hambatan yang dialami oleh suatu oragnisasi atau institusi dalam mencapai tujuan yang akan dicapai adalah belum terciptanya kebiasaan “saling mendukung” diantara para pegawainya. Mereka masih terkungkung oleh kepentingan individu dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Adanya job distribution (pembagian tugas) menjadi alasan pribadi untuk menjalakan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya sendiri. Ironisnya, masing-masing dari individu yang sudah merasa menjalankan tugas sesuai dengan beban yang disandangnya, mereka menganggap tidak lagi membutuhkan campur tangan dari rekan sekerjanya. Akibatnya kualitas pencapaiannya tidak maksimal.
Seorang guru yang berhasil menemukan metode pembelajaran baru dengan mengaplikasikan pendekatan mengajar yang lebih atraktif, kemudian metode tersebut ditulis dalam bentuk laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), kurang mendapat respon positif dari rekan guru yang lain. Demikian pula ketika seorang guru menjuarai lomba Penulisan Karya Ilmiah PTK, atau prestasi lainnya, mereka tidak tertarik untuk memberikan apresiasi atau sekedar ucapan selamat.
Seorang siswa yang selalu berprestasi di kelas hanya ditanggapi dingin oleh teman-temannya. Mereka terkesan tidak menganggap perlu untuk mengetahui lebih jauh bagaimana dia bisa berprestasi.
Pemandangan seperti itu masih terlihat kental di lingkup kehidupan kita. Mereka tidak menganggap penting untuk mengetahui bagaimana achievement (prestasi) itu bisa diraih oleh temannya. Bahkan ada beberapa rekan yang merasa tidak senang dengan prestasi yang diraih oleh temannya. Sifat individual masih mendominasi pikiran mereka. Mereka acuh tak acuh, apalagi jika mereka menganggap prestasi tersebut tidak mendatangkan keuntungan secara langsung kepada mereka.
Dengan atau tanpa disadari, sebenarnya sikap seperti itu justru bisa berdampak kurang baik bagi mereka. Mereka akan menjadi pribadi yang close-minded baik terhadap prestasi orang lain, terhadap informasi terkini maupun terhadap perubahan (change). Sebagai konsekuensinya, mereka akan mengalami kehidupan yang statis (tidak ada kemajuan). Potensi diri yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya akan tersumbat, karena pikiran yang tertutup. Bahkan mereka menganggap dirinya tidak memiliki potensi.
Setiap manusia adalah luar biasa. Mereka telah dikaruniai potensi yang luar biasa dahsyat oleh Sang Mahapencipta. Tuhan menciptakan kita dalam sebaik-baik bentuk, dengan sebaik-baik kondisi dan dengan sebaik-baik sarana. Tuhan telah memberi aset kepada setiap manusia yang bisa dijadikan modal dalam meraih prestasi.
Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Pikiran positif akan menghadirkan kekuatan positif dalam diri Anda. Pikiran positif akan mendorong Anda untuk bersikap dan bertindak secara positif. Keuntungan yang bisa Anda peroleh dari berpikir positif adalah Anda akan melakukan hal-hal positif, dan pada akhirnya Anda akan memperoleh hasil yang positif pula.
Belakangan, saya mendapat pelajaran berharga tentang indahnya budaya saling mendukung. Pelajaran berharga tersebut berawal dari sebuah kata-kata bijak yang berbunyi “jika Anda ingin sukses, bergaulah dengan orang-orang sukses. Jika Anda ingin menjadi orang baik, bergaulah dengan orang-orang yang baik. Kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh dengan siapa dia bergaul”.
Saya selalu mencoba untuk melebarkan sayap dengan terus mencari dan menjalin hubungan dengan mereka. Dan ternyata hasilnya sungguh luar biasa. Kesan yang dapat saya tangkap dari hasil interaksi saya dengan mereka adalah saya menemukan sebuah ketulusan dalam hal mendukung setiap ide kreatif, memberikan saran dan memberikan dukungan moril secara tulus ikhlas. Kesan tersebut saya peroleh ketika saya mencoba meminta endorsement atas buku yang saya tulis. Responnya sungguh luar biasa. Apresiasi nan tulus dan apa adanya mereka berikan setelah membaca buku saya. Inilah bentuk ketulusan apresiatif yang sangat berharga buat saya. Ketulusan untuk mendukung hasil karya saya yang notabene orang yang belum mereka kenal.
Seandainya sikap saling mendukung bisa berjalan lebih efektif di lingkungan Anda, saya yakin embrio kesuksesan yang diperoleh oleh teman-teman Anda akan merembet ke teman-teman yang lain. Mengapa demikian? Karena bagaimanapun juga kesuksesan yang diraih oleh seseorang selalu meninggalkan petunjuk. Bahwa orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan, pasti telah melakukan hal-hal spesifik dalam mencapai prestasi tersebut.
Proses menularnya embrio kesuksesan tentunya harus diawali dari ‘rasa penasaran dan rasa keingintahuan” Anda terhadap kesuksesan yang telah diraih oleh orang lain. Kesuksesan tidak akan menular kepada orang yang memiliki closed-minded (pikiran tertutup).
Pikiran yang tertutup harus segera dibuka. Biarkan sebagian orang di sekitar Anda lebih memilih menutup diri pikirannya. Biarkan mereka berbeda dengan Anda, karena Anda adalah pribadi yang unik. Anda lah yang paling tahu tentang diri Anda, tentang pikiran positif, tentang sikap positif dan tentang keputusan positif yang Anda ambil. Orang lain tidak berhak mengintervensi keputusan yang Anda ambil. Keputusan untuk membuka pikiran Anda semata-mata buah dari keputusan yang Anda ambil.
Pentingnya membuka pikiran yang berefek pada sikap “keingintahuan” Anda akan mendatangkan energi baru dalam diri Anda untuk menyamai prestasi yang telah diraih oleh rekan Anda, atau bahkan dalam level yang lebih tinggi.
Ki Hajar Dewantoro, seorang tokoh pendidikan, yang juga seorang pahlawan pendidikan nasional mengajarkan kepada kita bagaimana memberi dukungan, bersikap dan merespon kesuksesan yang telah diarih oleh orang-orang sukses. Beliau memberikan tips cerdas yang dikenal dengan “prinsip 3N”, yaitu Niteni (mengamati), Niroake (meniru), Nambahake (memberi nilai tambah).
Niteni (mengamati). Jika orang lain bisa melakukan suatu hal maka kita pun memiliki peluang yang sama besar untuk melakukan hal tersebut. Kalau suatu hal mungkin bagi orang lain, maka hal tersebut juga mungkin bagi kita.
Niroake (meniru). Selama kita memiliki hasrat yang membara untuk terus mengamati, merespon hasil karya orang lain, meniru dan memodifikasikan sesuatu yang telah diarih oleh orang lain, maka kita pun memiliki peluang yang sama untuk dapat melakukannya.
Nambahake (memberi nilai tambah). Langkah ini bisa kita ambil dengan cara menduplikasikan, lalu memodifikasikan model kesuksesan yang berhasil dilakukan oleh orang lain, dengan sasaran yang lebih sempurna.
Selamat mengeksplorasi potensi luar biasa yang Anda miliki dan salam sukses.

***

Minggu, 11 September 2011

LANGKAH-LANGKAH MENUJU SUKSES


1. Anda harus punya IMPIAN
2. Pikirkan apa yang telah Anda impikan
3. Inginkan apa yang telah Anda pikirkan
4. Putuskan apa yang telah Anda inginkan
5. Rencanakan apa yang telah Anda putuskan
6. Lakukan apa yang telah Anda rencanakan
7. Yakini apa yang telah Anda rencanakan
8. Perjuangkan apa yang telah Anda yakini
9. Sukseskan apa yang telah Anda perjuangkan
10. Nikmati apa yang telah Anda sukseskan
11. Sadari apa yang telah Anda nikmati

Rabu, 07 September 2011

INTERNAL BRANDING SEBAGAI BAROMETER SEKOLAH BERMUTU


Oleh : SUPANDI, S.Pd.,MM.
Orang arif menasehati, kalau mau berguru ilmu silat datanglah kepada pendekar ulung yang terkenal. Kalau mau belajar agama, datanglah kepada kyai yang tersohor. Kalau mau kuliah, datanglah ke kampus yang di dalamnya bertebaran guru besar. Dan kalau mau sekolah masuklah ke sekolah yang bermutu.

Animo yang berkembang di masyarakat mengindikasikan adanya kecenderungan orang tua untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah yang bermutu sebagai upaya untuk membangun masa depan anak yang prospektif. Berbagai upaya mereka lakukan agar harapan tersebut bisa terealisasi bahkan sejumlah biaya mereka siapkan manakala mereka harus memenuhi persyaratan finansial.

Profil sekolah yang bagaimanakah yang mendapat trust (kepercayaan) dan mendapat label sekolah bermutu? Untuk menjawab pertanyaan ini penjabarannya cukup kompleks. Di satu sisi ada sejumlah sekolah yang sudah memiliki label paten sebagai sekolah bermutu sehingga upaya untuk membangun animo masyarakat relatif tidak sulit. Namun di sisi lain bagi institusi sekolah yang sementara masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat, terkesan sangat rumit untuk bisa mendapatkan predikat sebagai sekolah bermutu.

Secara sederhana untuk memberi label apakah suatu sekolah dikatakan bermutu atau tidak sebenarnya dapat dilihat dari internal branding yang mereka miliki. Internal branding adalah label yang dimiliki oleh sebuah institusi, organisasi, instansi, atau perusahaan terhadap prestasi yang dimiliki. Internal branding lebih diketahui oleh intern rumah tangga. Terkait dengan mutu maka hanya orang-orang dalam yang lebih tahu banyak dibanding dengan outsider (orang luar) dalam hal ini masyarakat.

Sebagai barometer apakah suatu sekolah bermutu atau tidak, dapat saya berikan sebuah contoh sebagai berikut : Anda adalah seorang guru SMP. Kebetulan Anda memiliki seorang anak yang akan masuk jenjang SMP. Ketika Anda rela jika anaknya disekolahkan di SMP tempat Anda mengajar, maka Anda telah menilai bahwa sekolah tersebut bermutu. Akan tetapi sebaliknya jika Anda merasa tidak rela dan bahkan dimasukkan ke sekolah lain maka Andapun sebenarnya telah menyadari bahwa sekolah Anda kurang bermutu.

Sekolah bermutu adalah sekolah yang mampu mewujudkan siswa-siswa yang bermutu, yang sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu manusia yang cerdas, trampil, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki kepribadian. Target tersebut dapat dicapai oleh sekolah mana saja. Bisa yang berada di kota maupun yang berada di daerah pinggiran.

Sejauh mana pembenahan dan sistem pengendalian ke dalam yang dilakukan oleh sekolah sangat menentukan pencapaian target yang dimaksud. Prioritas utama yang sebaiknya dituju dalam sistem pengendalian adalah faktor manusia secara kelembagaan, dalam hal ini tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (karyawan). Karena bagaimanapun juga tanpa adanya manusia yang andal akan disangsikan tingkat pencapaian keberhasilannya.

Teraktualisasinya sebuah sistem kerja yang profesional akan sangat menentukan arah yang jelas menuju sekolah yang bermutu. Ketika optimalisasi terhadap sumber daya yang dimiliki oleh suatu sekolah diberdayakan maka bukan sesuatu yang mustahil sekolah tersebut bisa memiliki internal branding yang valuable (bernilai). Adapun sumber daya yang paling utama untuk diberdayakan adalah sumber daya manusia (SDM) : guru, karyawan, dan siswa. Kaitannya dengan pemberdayaan SDM seyogyanya harus diperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia, faktor kejiwaan, kepuasan kerja, kenyamanan kerja, motivasi, inovasi, kreatifitas, loyalitas, kestabilan jiwa, cooperative, reward, punishment, dan optimisme. Optimisme yang dimaksud adalah kesadaran bahwa setiap individu yang berada di dalam sekolah masing-masing memiliki potensi diri yang luar biasa. Setiap guru adalah luar biasa. Setiap karyawan adalah luar biasa. Demikian pula siswa sesungguhnya tidak ada yang bodoh. Tinggi rendahnya achievement (prestasi) yang diraih oleh siswa dikarenakan adanya perbedaan konsep diri (Adi W Gunawan : 2007). Anak yang prestasinya baik sangat dimungkinkan karena dia sudah menemukan konsep dirinya ; sudah bisa menganggap penting semua pelajaran, sudah bisa menikmati nyamannya belajar, dan sudah bisa mengatur waktu belajar dengan baik.

Ujung tombak dari ketercapaian internal branding oleh suatu sekolah menuju sekolah yang bermutu terletak pada sejauh mana pemberdayaan guru, sejauh mana guru termotivasi untuk semangat mengabdi, merasa nyaman di dalam lingkungan kerjanya, demikian pula seberapa besar pengakuan atas guru sebagai pribadi yang memiliki kemampuan yang luar biasa. Semua ini dapat dicapai melalui pendekatan yang lebih “manusiawi” (Agung Praptapa 2009). Tentunya hal ini juga berlaku untuk siswa dan karyawan.

Minggu, 07 Agustus 2011

ONE STEP AHEAD


Saat orang DIAM, kita sudah mulai BERJALAN.
Saat orang BERJALAN, kita sudah mulai BERLARI.
Saat orang BERLARI, kita sudah SAMPAI.
Saat orang SAMPAI, kita sudah BERISTIRAHAT.
Saat orang BERISTIRAHAT, kita sudah mulai BERJALAN LAGI.

Jumat, 29 Juli 2011

MELEJITKAN KARIR


Oleh: Supandi

Di dalam lingkungan pergaulan Anda, terutama di lingkungan kerja, Anda sering dihadapkan pada sebuah perbuatan amoral yang dilakukan oleh pimpinan Anda. Kondisi tersebut biasanya akan memancing reaksi para bawahanya, termasuk diri Anda. Hasrat moral pada akhirnya akan memacu emosi Anda untuk melakukan komplain terhadap kenyataan yang ada, karena bertentangan dengan suara hati Anda.

Contoh yang paling popular adalah perilaku seorang pimpinan yang cenderung mudah mengikuti arus sistem yang bobrok, seperti tindakan korupsi berjamaah. Kekuatan sistem yang ada sering memicu sang pemimpin mengorbankan idealisme dan ketahanan keimanan yang dimilikinya. Runtuhnya idealisme seorang pimpinan mendorongnya tergelincir dalam arus tindak penyelewengan.

Sebagai sesama manusia, Anda merasa tidak tega jika tetap membiarkan perilaku pemimpin tersebut. Anda terpanggil untuk memberi peringatan kepada dia agar tidak terjerumus dalam tindakan yang tidak terpuji dan merugikan pihak lain.

Diakui atau tidak, Anda sebenarnya mengetahui dengan jelas tindak penyelewengan yang dilakukan oleh pimpinan Anda tersebut. Dengan demikian, ketika panggilan moral mengusik hati Anda untuk berbuat baik, maka Anda memberanikan diri untuk melakukan reaksi yang bersifat mengingatkan kepada pimpinn Anda. Hal ini dilakukan sebagai perwujudan bentuk kasih sayang Anda kepada dia.

Anda tidak salah dengan reaksi Anda, asalkan dilakukan dengan cara yang santun, atas dasar kasih sayang, serta ketulusan hati. Tindakan Anda didasarkan pada sebuah pemahaman bahwa seandainya Anda tidak mengigatkan, dikhawatirkan Tuhan sendiri yang akan mengingatkannya. Bila ini terjadi, maka tidak ada seorangpun yang mampu menghadapi peringatan dari Tuhan. Banyak potret yang terjadi di masyarakat, yakni bentuk-bentuk peringatan dari Tuhan yang sangat mengerikan, yang pada akhirnya berakibat pada kondisi kehidupan seseorang yang unhappy ending (berakhir dengan kehidupan yang tidak bahagia).

Namun realita yang terjadi, bentuk peringatan yang Anda berikan, sering beresiko pada terancamnya karir Anda. Anda akan ‘dikucilkan’ oleh pimpinan Anda, bahkan akan dihambat karir Anda karena Anda dianggap telah mengusik kenyamanan sang bos. Selanjutnya, Anda akan dihadapkan pada kondisi karir yang statis, tidak berkembang, dan mandul. Prinsip human ralation, bahwa diantara sesama manusia harus amar ma’ruf nahi munkar ternyata pupus oleh ambisi kotor sang pimpinan.

Potensi diri yang Anda miliki juga sulit untuk dikembangkan. Mengapa demikian? Karena celah menuju eksplorasi potensi diri menjadi sangat sempit. Bisa terjadi, di dalam diri Anda akan muncul sebuah perasaan sakit hati.

Orang adalah apa yang dia pikirkan. Jika Anda selalu berpikir positif, maka impuls-impuls positif akan selalu memacu adrenalin Anda untuk melakukan tindakan-tindakan yang positif. Kaitannya dengan perasaan sakit hati yang berkecamuk di hati Anda, saya menyarankan kepada Anda untuk bisa mensikapinya dengan cara melakukan kompensasi yang cerdas. Anda harus bisa membimbing hati Anda untuk bersikap positif dalam memperlakukan emosi dendam Anda. Caranya adalah dengan mencari peluang yang terbuka lebar. Peluang yang dimaksud adalah keadaan dan kesempatan yang bisa Anda bidik sebagai sarana untuk mengembangkan kompetensi yang Anda miliki.

Jalan hidup manusia adalah seribu jalan. Demikian bila diibaratkan. Demikian pula, celah untuk mengembangkan karir akan selalu ada. Jika Anda mampu mengambil dan memanfaatkan celah tersebut, maka sangat mungkin bahwa Anda akan menjadi manusia yang survival (tetap eksis) dengan kreatifitas Anda. Anda akan bangkit dari sisi yang lain. Andapun akan menjadi figur karismatik yang bangkit dari tabir yang sebelumnya tidak diperkirakan oleh orang lain.

Contoh berikut barangkali bisa memperkuat argumentasi di atas.

Seorang guru yang terhambat karirnya, dia bisa melakukan manuver jitu untuk melejitkan karirnya. Dia bisa mengambil peluang melalui moment yang rupanya sering dijadikan momok oleh para guru. Moment yang dimaksud adalah ‘menulis’. Sementara guru yang lain menganggap bahwa ‘menulis’ merupakan kemustahilan, justru dia mampu membuktikan bahwa menulis bagi dia adalah sebuah keniscayaan. Jika langkah ini dia ambil, maka tak hayal lagi, dia akan tampil menjadi seorang guru yang menyandang predikat the unique (berbeda dengan guru yang lain), atau the first (yang pertama), atau bahkan dia akan menjadi the best (guru terbaik). Karirnya akan berkibar, melambai-lambai laksana lambaian tangan seorang juara.

Akhirnya saya ucapkan salam sukses, dan Good luck, and never give up (selamat bekerja, dan jangan pernah menyerah).

*) Supandi. Guru SMP Negeri 2 Binangun Kabupaten Cilacap, Pengurus Agupena Kab. Cilacap, Pengurus ISPI Kab. Cilacap, Ketua MGMP Bahasa Inggris Kab. Cilacap, Alumni Writer Schoolen Angkatan 16. Phone: 081391274742, Email: supandi_mm@yahoo.com

callme
Hendaknya pikiran Anda selalu terbuka terhadap perubahan. Siapa yang tidak mau berubah maka akan tertinggal oleh perubahan yang bergerak lebih cepat.

Kamis, 28 Juli 2011

CARA CERDAS MELAKUKAN PENYIMPANGAN



Oleh : SUPANDI, S.Pd, MM.

“Pak …” sapa seseorang kepada saya di ruang guru. Spontan saya menoleh ke asal suara panggilan tersebut.
“Anda memanggil saya” jawab saya.
“Iya pak. Bapak masih ingat saya? Tanyanya.

Sambil menjabat tangannya, saya perhatikan wajah si tamu tersebut. Sekilas nampak asing. Tetapi setelah saya perhatikan dengan saksama wajahnya, seketika saya teringat dan yakin bahwa saya pernah melihatnya beberapa tahun yang silam.

Dari pengakuannya, benar bahwa dia adalah salah seorang siswa saya sepuluh tahun yang lalu. Obrolan panjangpun terjadi di antara kami. Ada kebanggaan yang saya rasakan setelah dia menceritakan tentang kesuksesannya. Hidup saya terasa bermakna setelah saya mengetahui bahwa dia sekarang sudah menjadi seorang pejabat teras di Departemen Luar Negeri. Seorang siswa yang ketika masa sekolahnya nampak biasa-biasa saja, kini telah menjadi seorang pejabat yang sukses.

Dari obrolannya saya juga bisa menikmati alur pembicaraan yang begitu mengalir, padat, dan bermakna. Seakan saya sedang ngobrol dengan orang yang jauh di atas saya tingkat intelektualitasnya. Hampir-hampir tidak menyadari bahwa dia adalah murid saya. Berwibawa, banyak pengalamannya, rapi, dan bersih. Sungguh tidak disangka bahwa seorang anak yang pada saat menjadi siswa termasuk anak yang pendiam ternyata menyimpan sebuah misteri. Diam-diam menghanyutkan, karena ada visi pribadi didalam pikirannya.

Kesempatan ngobrol yang cukup lama, terasa sangat singkat. Yang demikian itu dapat Anda rasakan jika Anda berkesempatan ngobrol dengan orang-orang sukses, orang-orang bijak, ataupun para intelek.
Ada satu konsep tentang kesuksesan yang bisa saya ambil dari prinsip hidup yang diaplikasikan dalam langkah hidup dia selama ini. Konsep tersebut dikemas dalam sebuah slogan yang sarat dengan makna. Bunyi slogan tersebut berbunyi “be the unique” (Jadilah orang yang berbeda). Menjadi orang yang berbeda merupakan sebuah urgensi. Mengapa demikian? Karena sebagian besar orang berpikir apa adanya. Artinya mereka menjalankan kehidupan ini sebagaimana adanya, bebas dari tirani prinsip, visi, dan misi yang jelas.

Orang dengan tipe apa adanya memiliki konsekuensi mudah hanyut ke dalam konformitas. Konformitas adalah perilaku seseorang yang cenderung sama atau seragam dengan perilaku kelompoknya. Ketika sebagian anggota kelompok memiliki kebiasaan berperilaku positif, maka akan sangat bermanfaat bagi seseorang. Dalam skala yang luas, konformitas saya maknai sebagai bentuk komunitas manusia dengan jangkauan wilayah yang tidak terbatas. Dari beberapa survey yang dilakukan oleh para pakar menunjukkan bahwa sebagian besar orang berpikir dan bersikap seadanya. No action think only.

Perbedaan individual dalam konformitas dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok non conformist dan kelompok conformist. Kelompok non conformist dalam mensikapi fenomena yang berlaku dalam kelompoknya lebih independent. Sedangkan kelompok conformist menerima norma yang berlaku di kelompoknya apa adanya. Mereka memiliki need for affiliation yang besar.

Seseorang dengan tipe conformist memiliki keengganan untuk menghindar dari konformitas. Mereka takut jika harus membelot dari kelompoknya. Dengan entengnya mereka masuk kedalam dan mengekor perilaku yang dilakukan oleh orang-orang yang ada didalam, tidak peduli apakah itu perilaku positif atau perilaku negatif. Alasannya cukup sederhana, yaitu khawatir jika dia dianggap melakukan penyimpangan dari kebiasaan yang sudah ada.

Menjadi the unique (berbeda dengan orang lain) merupakan sesuatu yang urgen. Dengan menjadi orang yang memiliki tipe the unique, maka Anda akan memiliki visi pribadi yang handal. Sikap ini merupakan cara yang cerdas untuk melakukan penyimpangan dari konformitas ketika mereka membiasakan diri dengan perilaku yang kontradiktif dengan suara hati dan panggilan jiwa.

Sebagai penutup, saya mohon maaf kepada Anda, pembaca yang budiman, atas ilustrasi yang saya gambarkan diatas tentang murid saya, karena cerita tentang murid saya diatas semata-mata hanya obsesi saya belaka. Obsesi untuk memiliki murid yang memliki paradigma the unique. Murid yang memiliki cakrawala pandang berbeda dengan sebagian besar teman-temannya. Ketika teman-temannya belum memiliki konsep diri yang jelas, dia mampu tampil dengan visi pribadi yang terarah. Dia mampu mengumpulkan energi positif, tekun menghadapi kesulitan, dan tampil sebagai pribadi yang berprestasi. Dia mampu membangun konsep masa depan yang jelas.

MEMBANGUN KEPRIBADIAN MELALUI "INTERNAL SHIFT CONTROL"


Oleh SUPANDI, S.Pd, MM.

“Barangsiapa bersyukur kepadaKu maka akan Aku tambah nikmatnya,

dan barangsiapa ingkar maka sesungguhnya adzabku sangat pedih.”

(QS. Ibrahim : 7 )

Kompetisi dalam meraih sebuah cita-cita sering kali diwarnai dengan adanya persaingan yang sungguh ketat. Hal ini terjadi hampir di semua moment penting. Seorang siswa lulusan SMA pada tahun pelajaran 2008/2009 yang hendak mengambil jurusan kedokteran UGM, dia harus bersaing dengan sekitar 120 siswa. Karena, dari hampir 12.000 pendaftar hanya tersedia kursi sebanyak 100 kursi. Pada awalnya, oleh sebagian masyarakat profesi guru dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang kurang menjanjikan. Namun, dewasa ini profesi guru menjadi sebuah ajang kompetisi yang cukup ketat..

Hampir semua orang mengakui dahsyatnya sebuah upaya spiritual dalam rangka mewujudkan cita-citanya. Sebuah energi tanpa batas mereka hadirkan ke dalam relung hati seseorang. Energi tanpa batas mereka hadirkan melalui rangkaian doa dan usaha maksimal dengan keyakinan penuh.

Banyak orang dan barangkali termasuk diri Anda sudah bisa merasakan jawaban dari Tuhan atas upaya dan doa yang telah mereka lakukan. Jawaban dari Tuhan yang dimaksud adalah terkabulnya cita-cita yang didambakannya.

Ada dua keuntungan yang bisa diambil dari serangkaian upaya spiritual pascadikabulkannya doa. Pertama, perasaan puji syukur kepada Tuhan atas anugerah yang telah Dia berikan yang tentunya sangat berharga bagi kehidupan jangka panjang. Kedua, semakin menebalnya keyakinan akan keberadaan Tuhan dengan sifat-sifat-Nya. Dua di antara 99 sifat Tuhan YME (Asmaul Khusna) adalah Ar-rahman dan Ar-rahim (Mahapengasih dan Mahapenyayang).

Efek dari terkabulnya suatu doa sangat mungkin akan berimbas pada semakin tebalnya keimanan seseorang. Tak dapat dimungkiri bahwa tidak ada kekuatan hakiki yang bisa manusia dapatkan kecuali yang datangnya dari Tuhan. Kalaupun ada, itu hanya bersiafat semu. Sehingga, ketika Anda berhasil menggabungkan antara usaha dengan doa secara integrated maka perpaduan antara kedua unsur tersebut akan membentuk sebuah kekuatan super mind. Dengan super mind (pikiran super) manusia bisa melakukan apapun sesuai dengan positive thinking (pikiran positif), seperti keinginan kita, meraih cita-cita kita, menjadi lebih baik dan lebih bahagia (Wuryanano: 2006).

Yang menjadi bahan renungan selanjutnya adalah, “Sudahkah kita menyadari bahwa kondisi nyaman berupa nikmatnya iman akan senantiasa berjalan mulus bahkan meningkat?” Sudah bisakah kita mempertahankan kedekatan dengan Tuhan sebagaimana yang sudah kita bangun selama ini? Realitas yang kita jumpai dalam kehidupan ini tidaklah demikian adanya. Stabilitas keimanan seseorang sering kali digoncang oleh berbagai cobaan, ujian atau iming-iming.

Banyak orang gagal mempertahankan stabilitas keimanan pascatercapaianya keinginan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Satu di antara faktor yang paling popular dan sering menghiasi media massa adalah korupsi. Tentunya Anda dan saya tidak menginginkan hal ini terjadi pada diri ini. Jalinan cinta kasih dengan Sang Khalik jangan sampai pudar diterpa oleh embusan negative thinking (pikiran negative). Bukankah kita tidak mau dijauhi oleh Tuhan? Ingat syair lagu Tuhan milik Bimbo “Aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engaku dekat. Hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa berpadu”.

Secara implisit, Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas mengingatkan kepada kita akan adanya pergeseran posisi pandang di dalam diri seseorang (internal shift) terkait dengan kondisi keimanan seseorang. Kondisi keimanan seseorang ataupun siapa pun orangnya dalam perjalanannya akan mengalami pergeseran. Dalam bahasa yang lebih ekstrim dapat dikatakan bahwa kondisi keimanan seseorang akan mengalami pasang surut bak air laut.

Sebagai orang bijak tentunya Anda minimal akan mempertahankan posisi seperti pada saat Anda berdoa untuk memohon agar cita-citanya tercapai. Bahkan, lebih beruntung lagi jika internal shif Anda meningkat. Jika hal ini terjadi berarti Anda telah berhasil membangun sebuah kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik diawali dari prinsip yang kuat. Anda pun akan menjadi manusia yang kuat. Amin ya Rabbal’alamiin.

Rabu, 27 Juli 2011

DUA TUNA NETRA YANG BERBAHAGIA


Oleh : SUPANDI, S.Pd.MM.

Mengamati hiruk pikuk kehidupan manusia seringkali menimbulkan inspirasi tentang makna hidup yang sesungguhnya dan pelajaran berharga tentang arti sebuah kehidupan. Bahwa makna hidup yang sebenarnya dapat Anda raih ketika Anda bisa memberi sesuatu yang barmanfaat bagi orang lain dan berefek pada terciptanya kebahagiaan bagi orang lain maupun diri sendiri. Tidak harus berupa materi, akan tetapi juga bisa berupa senyuman, ilmu pengetahuan, pertolongan, kasih sayang, ketulusan, dan lain-lain.

Dalam perjalanan naik kereta api ke Jakarta, sengaja saya singgah di rumah seorang sahabat di Bekasi. Beliau adalah teman satu profesi yang kebetulan ditempatkan bekerja di Bekasi. Saya berjalan mondar mandir di pintu keluar stasiun Bekasi, menunggu jemputan dari sahabat saya yang tidak kunjung datang. Panas sang Surya menambah perasaan gundah.

Di antara sekian banyak anak manusia dengan berbagai maksud dan tujuan masing-masing, saya melihat seorang tuna netra berjalan tertatih-tatih menuju pintu keluar stasiun. Tongkat yang ada ditangannya sesekali menyentuh orang-orang yang berada di sekitarnya. Wajahnya terlihat hitam mengkilat terkena peluh di pipinya. Di tempat yang cukup strategis akhirnya dia memutuskan untuk duduk menadahkan rejeki yang ditebarkan oleh Tuhan lewat tangan-tangan para dermawan yang lewat di depannya. Setelah beberapa saat wajahnya terlihat gelisah karena belum ada seorangpun yang memberinya uang.

Dari lorong ratusan manusia yang lalu lalang berjalan keluar masuk stasiun, satu lagi seorang yang membawa tongkat berjalan tertatih-tatih. Dia berjalan pelan menyusuri sela-sela lalu lalang manusia. Tongkat di tangannya juga beberapa kali menyentuh orang-orang di sekitarnya. Saat posisi dia mendekati si tuna netra yang dari tadi duduk sambil menadahkan tangan, tongkatnya juga menyentuhnya. Kali ini sentuhannya agak keras dan cukup megagetkan si tuna netra yang duduk. Dengan gerakan reflek tongkat tersebut diraihnya erat-erat. Namun seketika disadari bahwa dia pastilah temannya.

“Had, bagaimana? Ramai ngga?”
“Wah sepi dun.” Demikian sepenggal percakapan yang saya dengar dari mereka.

Saya tidak merasa penting untuk menangkap pembicaraan mereka lebih jauh. Ada satu pembelajaran yang bermanfaat bagi saya yaitu makna akan sebuah persahabatan atau persaudaraan. Saya menangkap ada rona kebahagiaan dari wajah mereka. Saya yakin Anda juga pernah mengalami hal yang relatif sama. Bertemu dengan seorang sahabat, dalam situasi tertentu dimana Anda dan sahabat Anda saling bisa merasakan kebahagiaan dari pertemuan tadi.

Momen-momen yang serupa dengan fenomena diatas sebenarnya seringkali memberi pelajaran berharga tentang hakekat kebahagiaan sejati. Kita hendaknya pandai memetik makna dari momen diatas. Dalam pandangan ilmu psikologi, kebahagiaan hidup sejati adalah kesejahteraan jiwa atau kesejahteraan psikis (psikological well-being) yang dapat diterima oleh semua orang. Artinya, memiliki kesejahteraan jiwa yang dapat digambarkan dengan seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya dalam hidup, memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, serta bagaimana seseorang bisa memberikan makna bagi orang lain. Untuk bisa memperoleh poin-poin di atas tentunya dapat dilakukan dengan membangun persahabatan dengan orang lain. Menghormati, menghargai, dan menganggap penting orang lain.

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. Sejelek-jelek manusia adalah manusia yang keberadaannya di dunia seperti tidak ada. (***)

Selasa, 26 Juli 2011

MENGAPA ORANG YANG BERILMU RENDAH HATI?


Oleh : SUPANDI, S.Pd, MM.
Penulis Buku "Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda" Gramedia Publisher

Rendah hati merupakan sikap yang memandang diri dan orang lain masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Ketika melihat dirinya, maka dia akan merasa bahwa dirinya masih perlu belajar dan belajar. Mereka berkeyakinan bahwa semakin banyak belajar maka disana sini segera ditemukan berbagai kekurangan yang ada dalam dirinya.

Dengan demikian, mereka tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa mereka tidak perlu banyak belajar. Plato, seorang filsuf berkebangsaan Yunani mengatakan bahwa “Kebohongan yang paling buruk adalah membohongi diri sendiri bahwa dirinya tidak perlu belajar.” Pernyataan Plato mengindikasikan adanya begitu luasnya ilmu pengetahuan yang ditebarkan oleh Tuhan ke dunia. Dari sekian banyak ilmu yang telah diturunkan oleh Tuhan baru sebagian kecil saja yang berhasil dikuasai oleh manusia. Manusia harus senantiasa mencari dan terus mencari walupun tidak mungkin semua ilmu dari Tuhan bisa dikuasai oleh manusia. Sudah ada semacam “porsi” tertentu.

Dengan adanya porsi tersebut maka fenomena yang ada dapat kita jumpai seseorang yang unggul di bidang tertentu, tetapi dia lemah di bidang lain. Seorang guru memiliki keunggulan dalam hal didaktik metodik, mahir dalam hal membimbing siswa untuk belajar, tetapi dia kurang di bidang perbengkelan. Seorang entrepreanur mahir dalam bisnis, tetapi dia tidak begitu menguasai bidang kinestetik. Orang tidak mungkin mampu menguasai ke delapan kecerdasan sekaligus, yakni kecerdasan linguistik, kecerdasan matematika, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan intuisi. Seseorang bisa saja memiliki lebih dari satu kecerdasan tetapi tidak sampai menjangkau ke semua kecerdasan.

Hal inilah yang sering membedakan antara orang yang banyak ilmu dengan orang yang ilmunya pas-pasan. Kesadaran yang demikian yang sering kali mendorong orang yang berilmu untuk bersikap rendah hati. Dalam Bahasa Inggris, rendah hati sama dengan low profile. Sedangkan dalam agama Islam, rendah hati dikenal dengan istilah tawadu’.

Thomas Alfa Eddison mensinyalir adanya tiga kelompok manusia berkaitan dengan keilmuan seseorang. Di antara ketiga kelompok itu adalah: Kelompok orang yang tidak mau berpikir (sebanyak 85 persen), kelompok orang yang merasa bahwa dirinya telah berpikir (sebanyak 10 persen), dan kelompok orang yang mau berpikir (sebanyak 5 persen).

Anda barangkali sudah bisa menduga, termasuk ke dalam kelompok yang mana ketika Anda menjumpai ada orang yang “berjalan dengan kesombongan”? Iya, saya pun sependapat dengan Anda bahwa orang yang sombong sangat mungkin didominasi oleh mereka yang termasuk dalam kategori kelompok orang yang 10 persen, yaitu yang merasa bahwa dirinya sudah belajar, sudah merasa tahu segalanya, orang lain tidak tahu apa-apa, pikirnya.

Hal ini berbeda dengan orang yang berilmu (ilmuwan). Ketika memandang orang lain, maka dengan ilmu yang dia miliki, dia berkeyakinan bahwa orang lain pada hakikatnya memiliki kelebihan, kecerdasan tertentu, maupun potensi diri yang luar biasa. Orang yang berilmu juga memiliki keyakinan bahwa manusia adalah human relation, sehingga menyadari benar bahwa dia tidak bisa hidup sendiri. Dia menyadari betul bahwa pada hakikatnya dalam mendapatkan kesuksesannya dia membutuhkan kehadiran orang lain. Bahkan, tidak hanya ketika hidup saja, tetapi juga ketika mati diapun membutuhkan orang lain untuk mengurus jasadnya. Orang yang berilmu juga tahu bahwa untuk menjadi orang yang baik maka hidupnya harus bermanfaat bagi orang lain. Dari pemahaman yang demikian, saya percaya bahwa Anda akan dapat menemukan banyaknya orang berilmu yang memiliki sikap rendah hati.

Rendah hati tidak akan menurunkan prestise seseorang, tidak akan menurunkan wibawa maupun harga diri seseorang. Saya sangat terkesan dengan salah seorang pejabat di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Jawa Tengah di Semarang. Dia adalah Kepala LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu pendidikan) Jawa Tengah, Makhali M.M.. Kesan itu saya tangkap saat pembukaan dan penutupan ToT (Training of Trainer) Guru Pemandu MGMP.

Pada acara sambutan peserta ToT, sebagaimana adat orang Timur, maka salah seorang rekan dari peserta ToT akan menyampaikan sambutannya, sebagaimana biasa terlebih dahulu memberikan penghormatan kepada Kepala LPMP. Pada saat memberikan penghormatan itu dengan menganggukkan kepala, apa yang dia lakukan? Ternyata anggukan kepala dari rekan saya tersebut sudah didahului oleh Kepala LPMP dengan mendahului berdiri dan mendahului menganggukkan kepala sembari mempersilakan dia menuju podium. Tak ada sedikit pun tersirat rasa tinggi hati. Tetapi, sebaliknya penuh dengan sikap rendah hati. Terpancar dari aura wajahnya seakan menyiratkan bahwa hanya Tuhan yang berhak untuk sombong. Manusia hanya sosok mahluk yang tingkat kemuliannya masih berupa teka-teki. Di samping itu sikap ngewongke orang lain juga terlihat sangat jelas.

Akhirnya, Anda dipersilahkan untuk komplain atas tulisan ini. Karena, memang tulisan ini tidak memiliki akuntabilitas keilmuan yang tinggi. Tulisan ini hanya merupakan apresiasi saja terhadap sebuah sikap rendah hati dari seorang ilmuan. Ada satu aspek yang tidak disinggung dalam argumentasi ini yaitu aspek “watak bawaan” sehingga minim dengan kebenaran. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini, tentunya ada saja orang yang berilmu tetapi tinggi hati, ada juga orang biasa tetapi memiliki sikap rendah hati. Demikian pula ada orang yang berilmu tapi rendah hati, ada pula orang biasa yang tinggi hati.

Sabtu, 23 Juli 2011

TERNYATA UNTUK MERAIH CITA-CITA ITU ADA JALURNYA


Oleh : SUPANDI, S.Pd, MM.

Penulis buku “Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda”

Tulisan ini terilhami dari seorang keponakan laki-laki saya yang kesehariannya menurut saya tergolong anak yang macho dan sedikit urakan. Namun penilaian ini ternyata kurang toleran. Mengapa? Sebab ketika pada suatu hari secara tidak sengaja saya menanyakan apa kriteria wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak? ternyata dia menjawab “sosok wanita yang seperti ibu”.

Saya sedikit merasa heran atas jawabannya dia. Saya tidak menduga bahwa jawabannya demikian. Temperamen yang dia miliki ternyata hanya kulitnya saja. Sosok pribadi yang sedikit urakan dan maunya menang sendiri ternyata semu belaka. Ini kontradiksi dengan kelembutan hatinya. Demikian juga kontradiksi dengan sikapnya yang penuh taat, berbakti dan melindungi ibunya.

Deskripsi diatas bila saya hubungkan dengan apa yang dialaminya sekarang ternyata terdapat sebuah hubungan sebab akibat. Secara singkat dapat saya informasikan bahwa sekarang ini keponakan saya baru saja diterima bekerja di KPPU di Jakarta. Tentu tidak segampang membalikkan telapak tangan untuk bisa bekerja disana mengingat persaingan yang begitu ketat. Ada satu pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari apa yang telah dilakukan ibunya. Sebuah rentetan aktivitas spiritual yang telah dilakukan sang ibu secara intens siang dan malam.

Apabila moment ini dicermati maka bisa dikatakan bahwa dalam menuju ke arah cita-citanya itu sebenarnya dia telah melalui dua jalur sekaligus dalam mencapai keberhasilannya, yaitu jalur “ridlo orang tua” dan “jalur ridlo Allah Swt”. Kedua jalur ini merupakan satu garis vertikal yaitu manakala orang tua ridlo maka Allah Swt akan merekomendasi. Ridlo orang tua pada akhirnya akan bermuara pada ridlo Allah Swt. Ridlo orang tua akan menghadirkan sebuah kekuatan dan kualitas doa. Disadari atau tidak bahwa sebenarnya kedua jalur ini sesungguhnya telah mengantarkannya meraih keberhasilannya disamping kemampuan yang dia miliki tentunya. Tidak ada kekuatan hakiki lain yang bisa menandingi kedua kekuatan diatas.

Bagaimana Menghadirkan Ridla Tuhan?

Untuk menghadirkan ridla Tuhan pada diri seseorang dibutuhkan “lelaku” yang intensif. Hal ini dilakukan dengan usaha penghambaan penuh kepada Allah Swt dan perilaku karimah kepada kedua orang tua. Penjabaran dari kalimat diatas tentu tidak sesederhana seperti yang dilakukan kebanyakan orang. Kebanyakan orang berperilaku apa adanya. Kebanyakan orang hanya mengandalkan usaha dan kemampuan yang tampak-tampak saja. Padahal Allah Swt telah memberikan kekuatan luar biasa kepada setiap orang, termasuk bagaimana menghadirkan God Sopt dalam dirinya. Dan semua itu bisa diraih salah satunya melalui “lelaku” yang intensif.

Allah Swt. sangat menyayangi hambanya. Oleh karenanya siapapun yang membutuhkan pertolongnnyNya pasti akan dikabulkan, demikian janji Allah Swt. Untuk inilah dibutuhkan kecerdasan emosi yang mengarah kepada kecerdasan spiritual dengan melakukan berbagai usaha pendekatan diri kepada Allah Swt.

Ridlo Allah Swt Adalah Jalur Tertinggi

Sebenarnya semua doa manusia hanya Allah yang akan mengabulkannya. Karena Dialah satu-satunya top decision maker. Namun demikian tanpa jalur yang tepat maka jauh dari kemungkinan doa manusia bisa terkabul. Disinilah pentingnya manusia memperhatikan hirarki jalur dalam memohon ridloNya baik untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang.

Agar bisa sampai ke top decision maker terlebih dulu kita harus melalui jalur-jalur di bawahnya. Seorang anak harus senantiasa berbakti dan berakhlak baik kepada kedua orang tuanya. Bersikaplah yang baik sedemikian sehingga mereka senang. Berbicaralah yang hati-hati, jangan sampai sedikitpun menyinggung perasaan mereka. Bersikaplah yang terpuji sehingga mereka merasakan senang seperti pada saat mereka mendengar tangisan pertama kita pada waktu kita dilahirkannya dulu.

Perbaiki Nasib Dengan Memperbaiki Menu

Tidak ada satu-pun orang tua yang tidak menghendaki anak-anaknya berhasil. Tidak pandang bulu apakah anaknya baik maupun memiliki karakter yang jelek, tetap saja didoakan oleh orang tua agar kelak menjadi anak yang berhasil dan tercapai cita-citanya. Namun bagaimana dengan doa orang tuanya yang tidak kunjung terkabul dalam mendoakan anak-anaknya? Untuk menjawab pertanyaan ini alangkah baiknya kita menengok ke belakang. Yang perlu diingat adalah bahwa orang tua hanyalah manusia yang dalam konteks ini kapasitasnya hanya sebagai wasilah (perantara) saja. Keputusan akhir tetap saja berada di tangan Allah Swt.

Dalam konteks yang demikian, sebagai anak perlu bersikap bijak dengan melakukan perenungan dan kesadaran jiwa. Yang perlu disadari adalah seberapa besar “kabegjan” yang dimiliki oleh anak. Apabila kabegjan yang dimiliki oleh seorang anak besar maka dengan mudah Allah akan mengabulkan doa mereka. Tetapi sebaliknya manakala kondisi anak kurang bersih maka kondisi seperti ini akan menghalangi terkabulnya doa. Antara kedua faktor tersebut harus berjalan secara sinergis.

Kita sering menjumpai fenomena yang terjadi dalam sebuah keluarga atau barangkali juga dialami di keluarga Anda dimana antara anak satu dengan yang lainnya memiliki tingkat kabegjan yang berbeda. Ada yang mudah didoakan oleh orang tua tetapi ada juga yang sulit. Ada yang mapan tetapi ada juga yang masih bernasib kurang mujur. Kelapa satu truk biasanya ada satu atau beberapa yang busuk, demikian apabila diibaratkan. Agar hal semacam ini tidak terjadi pada keluarga maka dibutuhkan suatu kesadaran dan usaha yang serius dalam hal mendekatkan diri kepada Allah Swt. Anak harus bisa menghadirkan konsep doa yang acceptable bagi Allah. Anak harus bisa menghadirkan doa dari orang tua dengan doa yang berkualitas.

Anak yang belum memperoleh ridlo dari Allah Swt seyogyanya segera membekali diri dengan berbagai ikhtiar. Begitu juga harus senantiasa memperbaiki akhlak yang sekiranya tidak berkenan bagi orang tua, sesama, dan Tuhan Yang Maha Berkehendak. Langkah ini dilakukan agar dia memiliki tingkat kabegjan yang tinggi. Caranya yaitu dengan memperbaiki menu ritual kita kepada Allah Swt.

* * *

Jumat, 22 Juli 2011

MENGAPA ANAK SEKOLAH HARUS RAJIN BELAJAR?

Oleh : Supandi, S.Pd, MM.

Penulis buku “Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda”, Gramedia Publisher

Ketika seorang anak ditanya “Mengapa kamu kok rajin sekali belajarnya, Nak?”. Atas pertanyaan yang demikian, beragam jawaban akan mereka lontarkan, seperti ; “Saya rajin belajar supaya pandai, supaya naik kelas, supaya lulus ujian, supaya gampang mencari kerja, atau supaya bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri”.

Ragam jawaban seperti yang disebutkan diatas merupakan jawaban yang sangat logis. Bisa dipastikan, sebagian pelajar akan menjawab dengan jawaban-jawaban yang tidak jauh dari itu. Namun, tahukah Anda bahwa kegiatan belajar, seperti membaca buku, menghafalkan, berlatih mengerjakan soal-soal, diskusi, dan lain-lain, ternyata memiliki kandungan prinsip yang sangat dalam?. Kandungan prinsip yang kelak akan sangat berguna bagi kehidupan Anda di masa depan. Masa yang penuh dengan kesuksesan dan kebahagiaan.

Sebelum mambaca lebih jauh tulisan ini, mari kita resapi sebuah cerita nyata berikut : Cerita ini bermula dari hasil observasi saya setelah melakukan acara bali ndeso beberapa waktu yang lalu dan mengunjungi beberapa teman sekolah saya dulu. Saya menjumpai beberapa teman yang saat ini memiliki profesi yang beragam ; ada yang berprofesi sebagai abang becak, ada yang sebagai pemulung, tukang potong rambut, dan ada yang menjadi pedagang kecil-kecilan. Jelasnya, nasib mereka berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Mereka hidup dalam keterbatasan dan himpitan ekonomi.

Puluhan tahun yang lalu saya ingat betul apa yang mereka lakukan ketika mereka bersekolah. Mereka jarang sekali belajar. Berangkat sekolah semata-mata hanya sebagai kesibukan saja, asal berangkat, dan bertemu dengan teman-temannya, bersenda gurau. Di benaknya nyaris tidak ada gairah untuk menimba ilmu.

Lantas, apa hubungan antara cerita nyata diatas dengan prinsip yang terkandung dalam kegiatan belajar. Anda mungkin sudah mengenal Hukum Kekekalan Energi. Dalam Hukum Kekekalan Energi (HKE) dinyatakan bahwa energi yang dikeluarkan oleh sebuah benda itu tidak akan hilang, tetapi akan berubah dalam ujud yang lain.

Berdasarkan prinsip alam, ternyata Hukum Kekekalan Energi (HKE) berlaku juga terhadap kehidupan manusia, terhadap upaya yang dilakukan oleh manusia. Bahwa energi yang dikeluarkan oleh seseorang ternyata tidak akan sia-sia, melainkan akan kembali dalam bentuk yang lain. Disinyalir, bahwa yang dimaksud dengan bentuk yang lain antara lain berupa kesuksesan hidup di kemudian hari.

Seorang siswa yang jauh-jauh hari sudah menerapkan prinsip Hukum Kekekalan Energi (HKE), yakni sudah melakukan belajar giat, berarti Dia sudah mengeluarkan energi sejak dimulainya belajar giat, apakah mulai kelas III SD atau mungkin sejak kelas V SD. Energi yang telah dia keluarkan sejak kelas III SD atau mungkin sejak kelas V SD, selanjutnya merupakan Tabungan Energi (TE). Seorang siswa yang sampai dengan kelas IX SMP belum juga mau belajar giat berarti dia belum memiliki Tabungan Energi (TE).

Contoh yang dialami oleh teman-teman saya sebagaimana yang saya ilustrasikan diatas adalah contoh dari sebagian kecil orang-orang yang nyaris tidak memiliki Tabungan Energi (TE). Besar kecilnya Tabungan Energi (TE) yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada besar kecilnya Hasil Usaha Tabungan (HUT). Dalam realitas kehidupan, orang-orang yang sukses mulia pastilah orang yang pada awalnya memiliki TE yang besar.

Buat anak-anakku dimanapun kalian berada, silahkan direnungkan, “Sudah berapa besarkah Tabungan Energi yang kalian miliki?”. Untuk menjawab pertanyaan ini kalian sendirilah yang lebih tahu daripada saya. Segeralah singsingkan lengan bajumu, langkahkan kakimu menapaki lorong-lorong panjang berliku menuju gerbang masa depan. Jadikan dirimu sebagai sosok yang bisa membanggakan orang tua dan andalan Indonesia. Milikilah Tabungan Energi yang banyak. Salam. (***)

GURU SELINGKUH


Oleh : SUPANDI, S.Pd, MM.

Penulis Buku “Menyiapkan Kesuksesan Anak Anda”, Gramedia Publisher, Jakarta

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), selingkuh memiliki arti tidak berterus terang, tidak jujur, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri ; curang ; serong. Definisi lain menyebutkan bahwa selingkuh adalah hubungan dengan orang di luar dari ikatan yang kita punya, dan hubungan itu di luar sepengetahuan pasangan kita.

Ada 3 (tiga) macam bentuk selingkuh :

1. Selingkuh dalam hati, artinya mungkin tidak berhubungan secara fisik tapi ada semacam ikatan dalam hati, di luar sepengetahuan pasangan kita.

2. Selingkuh dengan tindakan plus perasaan, maksudnya ada kontak fisik dan perasaan.

3. Selingkuh dengan tindakan tanpa perasaan, ini yang sering terjadi dan paling banyak pelakunya.

Sedangkan menurut psikolog Zainul B Biran, selingkuh yaitu ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan komitmennya. Seseorang yang berkomitmen setia kepada pasangan hidupnya, ketika ia berbagi hati kepada orang lain di luar pasangannya maka Ia disebut melakukan selingkuh.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah : Bagaimanakah jika selingkuh dilakukan oleh seorang guru? Layakkah jika hal ini dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita kaji terlebih dahulu konteks permasalahannya. Menurut salah seorang assessor (penilai) KTI (Karya Tulis Ilmiah) di LPMP Jawa Tengah, seorang guru yang melakukan kreatifitas menulis diluar KTI berarti Ia telah melakukan selingkuh. Alasannya sederhana; karena ruang lingkup tulisan guru sebaiknya yang berkaitan dengan bidangnya, yaitu yang berkaitan dengan pengembangan profesi guru. Pendapat senada juga disampaikan oleh Prof. Dr. Tri Harpeni, M.Hum., yang juga seorang assessor KTI dan atau PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Jawa Tengah, beliau mengatakan bahwa hasil karya tulis guru yang mendapat point adalah tulisan yang berkaitan dengan Tupoksinya (Tugas Pokok dan Fungsi).

Tupoksi maupun pengembangan profesi guru yang dimaksud adalah segala bentuk kreatifitas guru yang berkaitan dengan kualitas pembelajaran. Dengan demikian selayaknya bentuk karya tulis guru difokuskan pada Karya Tulis Ilmiah (KTI), sebagai laporan hasil dari penelitian tindakan yang merupakan ujud dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran maupun sebagai upaya menunjang proses pembelajaran di kelas.

Mengacu pada definisi selingkuh yang dikemukakan oleh Zainul B Brian, bahwa seseorang dikatakan selingkuh apabila Ia melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan komitmennya. Titik konsentrasi tulisan guru yang seharusnya menjadi komitmen guru dalam hal melaksanakan pengembangan profesi guru adalah menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI).

Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang menjadi garapan guru dapat digolongkan menjadi 7 (tujuh) macam, dan ketujuh macam KTI tersebut yang nantinya bisa dinilai dan diberi reward kredit point. Tujuh macam KTI yang dimaksud adalah :

1. Hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.

2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan.

3. Tulisan ilmiah popular di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa.

4. Prasarana berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam kegiatan ilmiah.

5. Buku pelajaran atau modul.

6. Diktat pelajaran.

7. Karya penerjemahan buku pelajaran / karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan.

(Prof. Suhardjono ;2009)

Secara substansial, apapun bentuk karya tulis, sisi positif yang bisa kita petik adalah nilai kebermaknaannya. Segala sesuatu yang bermakna adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang ditulis oleh guru akan sangat bermanfaat bagi rekan sesame guru karena KTI merupakan hasil kajian ilmiah. Dengan demikian ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari penulisan karya ilmiah. Pertama, bisa memberikan sharing kepada pembaca atau rekan seprofesi. Kedua, untuk kepentingan kredit point atau syarat kenaikan pangkat ke golongan IV/b.

Berapa besarkah tingkat kesulitan ketika seorang guru akan menulis karya tulis? Satu diantara faktor yang sangat sulit adalah ‘memulai’. Memulai adalah langkah tersulit bagi seseorang yang akan melakukan upaya-upaya kreatifitas tertentu. Apabila gerbang “memulai” terlampaui maka beban kesulitan berikutnya secara signifikan akan terkurangi. Prinsip ini berlaku juga untuk bidang garapan yang lain.

Anda akan memperoleh kekuatan yang luar biasa ketika mampu melampaui langkah “memulai”, bahkan jika Anda mau menulis karya tulis diluar ladang garapan guru (7 jenis KTI). Mengingat guru merupakan source of knowledge (sumber ilmu pengetahuan), manakala seorang guru akan melakukan selingkuh (menulis diluar areal yang menjadi komitmennya), seperti artikel, esai, puisi, cerpen, novel, ataupun buku popular, pintu itu sangat terbuka lebar. So, tunggu apalagi? Let’s start now.

Kamis, 21 Juli 2011

SUKSES YANG TERKUCILKAN

Oleh : SUPANDI, S.Pd, MM.

Kehidupan manusia dikelilingi oleh dinamika kehidupan yang beraneka ragam bentuknya. Hidup manusia senantiasa diselimuti oleh bermacam-macam pengaruh, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif berkaitan erat dengan apa yang disebut dengan “petunjuk”. Sedangkan pengaruh negatif berhubungan erat dengan “godaan”. Kedua jenis pengaruh ini tidak hanya menghinggapi satu atau dua orang tetapi ke semua orang.

Dalam sebuah hadis Nabi dikatakan bahwa kemiskinan itu dekat dengan kekufuran. Bunyi hadis tersebut nampaknya logis yaitu tatkala hidup seseorang berada dalam level miskin atau serba kekurangan maka ketahanan jiwanya akan rapuh dalam menghadapi cobaan hidup. Disini dibutuhkan sebuah prinsip yang kuat dengan menggigitkan gigi-gigi gerahamnya pada norma-norma agama. Dengan demikian maka prinsip tersebut akan mampu menangkis segala bentuk godaan.

Tentunya tidak sedikit juga manusia yang tetap tegar dan mampu berpegang pada prisip kebenaran. Mereka tidak rapuh walau diterjang badai. Mereka tidak gentar menghadapi cobaan hidup walaupun mereka dalam kondisi serba kekurangan. Mereka tetap menghiasi dunia dengan cahaya dzikir kepada Sang Pencipta. Mereka senantiasa meramaikan dunia dengan amalan-amalan ibadahnya kepada Sang Khalik. Bagi mereka kemiskinan hanya merupakan bagian dari liku kehidupan. Kemiskinan akan berubah menjadi kaya ketika hati manusia tidak mempermasalahkannya. Kemiskinan bisa berubah menjadi kesuksesan hidup. Semua ini tergantung kepada kemauan dan kemampuan manusia dalam merubahnya.

Amalan agama sering dijadikan tumpuan oleh kebanyakan orang untuk mencapai kesuksesan hidupnya. Amalan agama sering mereka gunakan sebagai andalan untuk mendapatkan tujuan hidup sukses. Mereka percaya bahwa kekuatan dari Tuhan adalah segala-galanya. Konsep sukses yang demikian yang akan mengantarkan hidup mereka bahagia.

Konsep sukses bahagia yang datang atas ridlo dari Tuhannya juga yang akan membimbing mereka menjadi orang yang idealis, memiliki prinsip hidup, dan rendah hati (tawadu’). Tidak heran apabila kita sering menjumpai orang-orang sukses tetapi mereka tetap menunjukkan sikap-sikap ramah, familier, rendah hati, bijaksana, dermawan, dan menyejukkan hati.

Tipe orang sukses sebagaimana yang disebutkan diatas mencerminkan bahwa apa yang telah diraihnya adalah merupakan pemberian dari Tuhan serta luasnya wawasan ilmu yang mereka miliki. Benar, mereka adalah orang-orang yang berilmu. Semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang maka akan semakin jauh mereka dari kesombongan. Orang yang sombong adalah orang yang sedikit ilmu.

Perjalanan hidup orang yang sukses tidak akan lepas dari berbagai cobaan dan godaan. Suatu saat Tuhan akan menguji kesuksesannya dengan godaan. Apabila mereka kuat mengatasi godaan-godaan yang dihadapinya maka mereka akan menjadi manusia yang sukses mulia. Tapi sebaliknya, apabila mereka rapuh pertahanan keimanannya maka konsekuensinya mereka akan menjadi orang sukses yang hina.

Orang yang sukses mulia akan semakin langgeng karena keberadaannya lebih banyak memberi manfaat bagi orang lain dan keluarganya. Kesuksesannya akan mudah dinikmati dan dilanjutkan oleh anak cucunya. Hal ini disinyalir oleh sabda Nabi yang berbunyi, “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih bermanfaat bagi orang lain, sejelek-jelek manusia adalah yang keberadaannya didunia seperti tidak ada. (HR. Bukhori)”.

Manifestasi dari orang-orang yang sukses mulia adalah adanya support dan doa dari banyak orang agar mereka senantiasa eksis. Orang yang sukses mulia memperoleh apa yang diinginkannya tanpa merugikan pihak lain. Orang yang sukses mulia mencari apa yang diinginkannya melalui koridor agama yang tepat. Sebagai imbasnya mereka akan merasakan hidup nyaman, makan enak, dan tidur nyenyak, lantaran segala yang telah didapatkannya mendapat rekomendasi dari Tuhan. Manakala apa yang telah didapatkannya tadi yang berupa harta, rejeki, atau ilmu dinikmati oleh anak istri maka akan mengandung berkah dari Tuhan. Dan darah yang mengalir di dalam tubuh anak dan isterinya adalah darah yang penuh berkah. Hal ini sekaligus juga merupakan cerminan perjuangan dan bentuk kasih sayang yang sempurna kepada keluarga.

Di sisi lain, tidak bisa disangkal, betapa berat pilihan yang dihadapi oleh seseorang tatkala dia dihadapkan pada sebuah iming-iming yang begitu menggiurkan. Bisa dibayangkan betapa bergolaknya hati seseorang ketika idealisme yang dimiliki selama ini dirayu oleh gemerlapnya uang. Sulit dibayangkan seandainya saya dan Anda dihadapkan pada sebuah kesempatan yang begitu terbuka untuk mendapatkan tamsil (tambahan penghasilan) dengan cara mudah tapi tidak halal.

Antara keinginan untuk memanfaatkan situasi dengan bisikan kesucian hati akan bertempur dengan sengit. Apabila bisikan setan yang menang maka yang terjadi mereka akan tergelincir ke dalam jurang kenistaan. Makna hidup yang sesungguhnya akan sirna. Mereka akan jauh dari cahaya kehidupan yang dirahmati oleh Tuhan. Mereka akan terperangkap ke dalam keadaan yang sangat mengerikan.

Berkaitan dengan kondisi yang seperti tersebut di atas, Nabi Muhammad Saw telah memperingatkan kepada kita sebagai bentuk kecintaannya kepada kita, melalui sabdanya : “Ada dua dosa yang Allah Swt tidak akan menangguhkan azabnya di dunia, yaitu durhaka kepada kedua orang tua dan berbuat dzolim kepada sesama. (HR. Bukhori – Muslim).

Apabila kita cermati hadis diatas maka ada satu sisi yang begitu mengerikan yang perlu kita hindari yaitu bahwa apabila seseorang melakukan dua hal sebagaimana yang disebutkan diatas maka azab Allah akan dibayarkan tunai di dunia. Mengambil sesuatu yang bukan haknya adalah merupakan bentuk kedzoliman terhadap sesama. Sebagai konsukuensinya maka azab dari Allah segera ditimpakan kepadanya atau keluarganya. Musibah akan segera datang silih berganti, baik yang menimpa dirinya maupun anggota keluarganya.

Untuk mengantisipasi hal itu dibutuhkan sebuah ketahanan iman yang kokoh, sebuah kecerdasan spiritual yang sempurna, dan sebuah kesadaran jiwa yang luar biasa. Dukungan moral dari keluarga sangat diperlukan untuk memperkokoh benteng keimanan. Peran istri sangat besar dalam mengarahkan suami dalam menentukan pilihan. Istri yang baik akan cenderung mengarahkan suami ke hal-hal yang baik. Istri yang baik akan berperan penting dalam penegakan keluarga dan bahkan kondisi negara yang baik. Almar’atu ‘imadul bilad, idza sholuhat sholatul bilad (Wanita adalah pilar negara, apabila wanitanya baik maka baiklah negara, apabila wanitanya jelek maka akan jelek pula suatu negara).

Kondisi di lapangan memang tidak sesederhana teori saja. Siapapun akan merasa berat ketika harus berhadapan dengan situasi yang penuh dengan pilihan. Terlebih jika kebobrokan itu sudah berada dalam sebuah sistem. Seandainya tidak ikut ambil bagian dalam memanfaatkan kesempatan yang ada maka akan dikucilkan. Sebaliknya bila turut serta dalam lingkaran setan maka hukuman dari Allah segera menimpanya langsung di dunia.

Langkah terbaik yang perlu diambil ketika seseorang berada dalam lingkaran setan adalah menanamkan sebuah prinsip yang kuat pada dirinya. Sebuah prinsip yang bijaksana dalam menentukan pilihan, lebih baik dikucilkan oleh manusia daripada dikucilkan oleh Tuhan. Orang baik akan dikucilkan oleh sistem yang jelek. Orang jelek akan dikucilkan oleh sistem yang baik. Itulah dinamika kehidupan. Sebagai manusia yang penting adalah bagaimana berbuat baik kepada sesama manusia dan kepada Tuhannya. Semoga Tuhan selalu menunjukkan jalan yang terbaik kepada kita. Amin.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Best Buy Printable Coupons