DAPATKAN BUKU "MENYIAPKAN KESUKSESAN ANAK ANDA" DI GRAMEDIA BOOKSTORE DI SELURUH INDONESIA

Senin, 18 Juli 2011

MEMECAHKAN KARANG SEMEN MUTU PENDIDIKAN

Dua orang sahabat, sebut saja Si A dan Si B. Mereka berangkat dari awal dan latar belakang yang sama, dengan cita-cita yang sama, dan pada akhirnya secara kebetulan mereka memiliki profesi yang sama. Namun belakangan diketahui bahwa Si A menjadi pekerja yang biasa-biasa saja, bekerja hanya sebagai rutinitas saja, bebas dari kreatifitas, inovasi, dan prestasi, tidak mempunyai greget untuk maju. Berbeda dengan Si B, dia lebih maju, didalam dirinya terukir berbagai prestasi, karirnya melejit jauh diatas Si A.

Apakah yang membedakan kedua sahabat tersebut dalam hal prestasi hidupnya? Ternyata mereka berdua memilki mindset (pola pikir) yang kontradiktif. Perbedaan pola pikir telah membuat kehidupan mereka berbeda. Pola pikir sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang. Bagaimana seseorang bersikap, berperilaku, atau merespon segala sesuatu yang dihadapinya sangat tergantung pada pola pikirnya. Dalam ilustrasi diatas, Si B jelas memiliki pola pikir yang lebih maju daripada Si A.

Pola pikir seseorang juga sangat berpengaruh terhadap tindakannya dalam menangani sesuatu. Beberapa orang guru sangat mungkin memiliki kepercayaan diri dan daya kreasi yang berbeda. Semua ini terefleksikan dari aktualisasi pola pikir yang mereka miliki. Pola pikir yang berbeda juga akan berefek pada perbedaan gaya pelayanan terhadap peserta didik.

KUALITAS PIKIRAN

Menurut James Arthur Ray, dalam bukunya The Secret of Succes, menerangkan bahwa pola pikir merupakan gugusan keyakinan, nilai-nilai, identitas, ekspektasi, sikap, opini, dan pola pikir tentang diri Anda, orang lain, dan hidup. Sedangkan sumber dari pola pikir itu sendiri berasal dari pikiran. Pikiran akan membentuk pola. Dengan demikian maka terbentuklah pola pikir.

Pola pikir dipengaruhi oleh kualitas pikiran. Jika kualitas pikiran Anda baik maka akan membentuk pola pikir yang baik pula. Sebuah penelitian di fakultas kedokteran di salah satu perguruan tinggi di San Francisco tahun 1986 membuktikan bahwa dalam setiap harinya manusia diwarnai oleh sekitar 60.000 pikiran. Sebuah anugrah yang luar biasa, ternyata otak manusia mampu menampung beban pikiran sejumlah itu.

Satu hal yang cukup menghentak perhatian kita terkait dengan pikiran kita adalah bahwa ternyata dari jumlah sekitar 60.000 pikiran yang ada di otak kita, 80% diantaranya ternyata berupa pikiran negatif. Dengan hitungan cepat, berarti sekitar 48.000 pikiran manusia secara rata-rata dalam setiap harinya berupa pikiran negatif. Sebuah angka yang sangat fenomenal, dan perlu kita renungi sebagai bahan introspeksi diri. Apakah benar temuan ini? Jawabannya Anda sendiri yang tahu.

MENEMBUS ZONA NYAMAN

Terlepas dari benar atau tidaknya temuan tentang pikiran negatif manusia yang jumlahnya sangat banyak tersebut, hendaknya hal ini bisa kita jadikan sebagai bahan renungan untuk memperbaiki pikiran-pikiran yang kita nilai masih cenderung kearah negatif, pasif, pesimis, berprasangka buruk, dan melemahkan semangat. Saatnya bagi guru untuk meningkatkan budaya sharing melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat pengembangan profesi guru, seperti : menghadiri forum ilmiah guru, seminar, workshop, training, forum diskusi, dan lain-lain. Disamping itu, guru juga harus meningkatkan budaya membaca dan menulis.

Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diatas, sangat mungkin akan mampu menggeser pola pikir lama kearah pola pikir baru yang lebih terbuka. Ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi hanya bisa diterima oleh orang yang memiliki pikiran terbuka. Sementara itu, pikiran tertutup akan menolak informasi yang bersifat inovatif. Pikiran tertutup ibaratnya seperti karang semen, karang yang terbuat dari semen; keras tapi bisa dihancurkan. Apabila guru berhasil menghancurkan karang semen berarti ia akan keluar dari zona nyaman. Mengapa harus keluar menembus zona nyaman? Karena hidup adalah perubahan. Keluar dari zona nyaman berarti melakukan “change” (perubahan). Anda tidak lagi menjalani kehidupan yang statis dan tradisional. Guru sebagai seorang sarjana pendidikan harus bisa melepaskan tradisi lama. Thomas Kuhn, dalam pumping teacher, mengatakan “Hampir semua terobosan penting dalam dalam dunia ilmu pengetahuan diawali dengan melepaskan diri dari tradisi lama, cara berpikir kuno atau paradigma lama”.

FOKUS PADA TARGET

Kondisi hari ini mengharuskan seorang sarjana pendidikan (guru) untuk berubah. Indra Djati Sidi dalam bukunya Menuju Masyarakat Belajar menuliskan : Dunia telah berubah begitu drastis sehingga diperlukan suatu reformasi radikal dalam sistem persekolahan jika kita ingin terlibat dalam kehidupan abad 21.

Guru harus mampu merespon dan mengaplikasikan konsep-konsep yang berkembang terkait dengan bidang tugasnya. Sistem pengajaran yang difokuskan kepada peserta didik sudah saatnya dikedepankan. Target utama guru adalah output anak yang cerdas dan memiliki kepribadian yang bermutu.

Pikiran terbuka seorang guru juga bisa mendorong dirinya untuk tertantang menerapkan pendekatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Dewasa ini dikenal berbagai istilah mengenai pembelajaran, antara lain : pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), pembelajaran tuntas, pembelajaran berbasis kompetensi, dan sebagainya. Pembelajaran profesional pada dasarnya merupakan pembelajaran yang dirancang secara sistematis sesuai dengan tujuan, karakteristik materi pelajaran, karakeristik siswa, dan dilakukan oleh guru yang profesional dengan dukungan fasilitas pembelajaran yang memadai sehingga dapat mencapai hasil belajar secara optimal.

CHARACTER BUILDING

Pencapaian hasil belajar secara optimal diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, sebagaimana yang tertuang dalam Bab II pasal 3 Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Penyelenggaraan pendidikan yang sistematis seyogyanya juga diarahkan untuk menyiapkan kesuksesan anak di kemudian hari. Kesuksesan yang dimaksud adalah sukses jangka panjang. Sukses dalam kehidupan di dunia maupun dalam kehidupan sesudah mati. Sukses yang tidak sekedar bersifat materi akan tetapi sukses yang didasarkan atas suara hati nurani. Pada hakekatnya suara hati nurani identik dengan suara kebenaran, karena secara fitrah nurani setiap manusia adalah fitrah kebenaran.

Indonesia membutuhkan sumberdaya manusia yang memenuhi kriteria diatas sebagai pendukung utama pembangunan bangsa. Sebagaimana disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan anak sudah saatnya mengaplikasikan pendidikan karakter bagi anak-anak bangsa sehingga mereka mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan mempunyai prinsip-prinsip kebenaran.

Seberapa pentingkah pendidikan karakter mendukung kesuksesan jangka panjang anak? Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), membuktikan bahwa kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih ditentukan oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan seseorang hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan 80 persennya oleh soft skill.

Fungsi dan peran guru akan lebih nyata dalam meningkatkan mutu pendidikan jika mereka bersedia memecahkan karang semen mutu pendidikan melalui perubahan pola pikir. Kedahsyatan pikiran dapat dimunculkan dengan cara menobatkan diri sebagai “guru yang suka berguru”, dalam artian berguru dengan rekan guru (sharing), berguru kepada buku (gemar membaca), serta gemar mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan profesi, seperti : seminar, training, workshop, diskusi, dan lain sebagainya.

***

Daftar Rujukan

Direktorat Tenaga Kependidikan, Depdiknas, 2010, Pedoman Standarisasi Kompetensi Guru, Penerbit BP. Panca Bhakti, Jakarta.

Elfiky, Ibrahim, Dr., 2010, Terapi Berpikir Positif, Penerbit Zaman, Jakarta.

Harefa, Andrias, 2010, Mindset Therapy, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tengku Ramly, Amir dan Erlin Trisylianti, 2006, Pumping Teacher (Menjadi Guru Kaya), Penerbit Kawan Pustaka, Depok.

Wayan AS, I, S.Si, 2010, 8 Standar Nasional Pendidikan, Penerbit AZ-Zamra Book’s8, Jakarta.

_______________,2010, Pendidikan Karakter, Bahan Workshop KTSP & Soal Terstandar, Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Best Buy Printable Coupons